Seperti medan tempur yang sudah dipetakan, ruang tender proyek renovasi RSUD Sungai Bahar menjadi ajang duel sembilan kontraktor. Nilai proyeknya menggiurkan, Rp 2,5 miliar. Bukan nilai itu yang membuat medan ini memanas. Melainkan cara masing-masing peserta bertempur, bukan dengan alat berat, tapi dengan dokumen, legalitas, dan kemampuan bertahan di medan evaluasi.
Dari 37 kontraktor yang mendaftar, hanya 9 yang berani maju ke meja penawaran. Sisanya hanya nama. Entah boneka, entah cadangan, atau hanya sekadar memantau.
Detail Teknis Proyek & Tahapan Tender
| Komponen | Keterangan |
|---|---|
| Nama Paket | Renovasi Ruang Rawat Inap RSUD Sungai Bahar |
| Pagu Anggaran | Rp 2.500.000.000 |
| HPS (Harga Perkiraan Sendiri) | Rp 2.499.500.000 |
| Metode Tender | Pascakualifikasi Satu File - Sistem Gugur |
| Jenis Kontrak | Gabungan Lumsum dan Harga Satuan |
| Peserta Terdaftar | 37 perusahaan |
| Peserta Aktif (Penawaran) | 9 perusahaan |
| Pemenang | CV Bumi Gada Konstruksi |
| Negosiasi Akhir | Rp 2.409.964.582,60 |
Jadwal upload dokumen berlangsung 19 Juni 2025 hingga 23 Juni 2025. Sembilan kontraktor itu pun bergerak. Mereka mengunggah dokumen, merapikan akta, mencantumkan pengalaman proyek terakhir, melampirkan SBU, hingga memastikan status wajib pajak aktif.
Waktu penawaran dibuka. Satu per satu angka mereka bermunculan. Dari yang paling agresif di angka Rp 2,2 miliar, hingga yang nyaris menyentuh HPS.
Semua tampak siap bertarung. Tapi, medan sesungguhnya bukan di meja penawaran. Pertempuran itu justru ada di ruang sunyi bernama pembuktian kualifikasi.
Di sinilah drama sesungguhnya dimulai. Di luar sistem LPSE yang serba digital dan formal, ada medan yang hanya bisa dilalui oleh mereka yang hadir secara fisik, yakni mereka yang membawa bukti asli, menunjukkan dokumen, menatap mata panitia.
Dan seperti medan ranjau, satu per satu kontraktor gugur.
CV Putra Bintang, datang dengan senjata paling tajam. Harga termurah Rp 2,2 miliar. Jika tender ini soal efisiensi, dialah juaranya. Tapi, Pokja tak tertarik pada angka. Mereka mengeliminasi Putra Bintang lebih awal. Alasannya satu.
"Dokumen pengalaman tak bisa dibuktikan keasliannya," tulis Pokja di dokumen SPSE. CV Putra Bintang terpeleset di tikungan pertama.
CV Cahaya Ervin Gemilang, melaju dengan harga penawaran Rp 2,312 miliar. Tapi, Pokja menyatakan mereka tak bisa menunjukkan PJTBU. Selembar surat penting yang menentukan nasib. Lagi-lagi CV Cahaya Gagal. Gugur mengikuti jejak Putra Bintang.
Serdadu berikutnya adalah CV Zultany Karya, CV Fathir Buana Kencana, CV Wahana Mitra Abadi, CV Dua Perkasa. Mereka datang, tapi tak muncul saat dipanggil. Tidak hadir saat pembuktian. Entah karena lupa, sengaja, atau tak diberi tahu.
"Tidak terklarifikasi, tidak hadir," tulis Pokja..
Dan seperti itu, mereka keluar dari gelanggang. Tanpa perlawanan. Tanpa jejak. Selanjutnya CV Kinara, yang memasukkan harga penawarannya bahkan lebih rendah dari pemenang akhir, Rp 2.409.050.027. Tapi dokumennya dianggap tak cukup.
"Tidak memenuhi persyaratan kualifikasi," tulis Pokja.
Tak ada ruang klarifikasi. Tak ada kesempatan memperbaiki. Sekali salah, langsung selesai. Lalu CV Shifaiz Konstruksi. Namanya muncul. Tapi tidak diketahui jejaknya. Tidak ada nilai penawaran. Tidak ada hasil evaluasi. Seperti nama yang hanya numpang lewat dalam daftar LPSE.
Dan seperti itu, panggung mengerucut ke satu nama, CV Bumi Gada Konstruksi.
Mereka lolos dari semua jerat administratif. Mereka hadir. Dokumen mereka lengkap. Harga mereka bukan yang termurah, Rp 2.409.964.582,58. Tapi merekalah yang berdiri terakhir, karena yang lain tumbang lebih dulu.
Negosiasi dilakukan. Tapi nyaris tanpa arti. Harga hanya turun Rp 1.998 dari nilai awal. Bagaimana rekam jejak CV Bumi Gada Konstruksi? Nantikan updatenya di edisi berikut.(*)
Add new comment