Dinamika Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Provinsi Jambi 2025 semakin tajam. Di tengah manuver politik yang mulai mencuat, Pengamat Kebijakan Publik dari UIN STS Jambi, Dr. Dedek Kusnadi, S.Sos., M.Si., MM, mengeluarkan peringatan serius: salah memilih ketua, Golkar bisa tersandera secara politik dan hukum.
“Kalau salah pilih, apalagi figur yang tidak bersih, punya beban masa lalu, atau tersangkut persoalan hukum, Golkar bisa lumpuh. Lemah di dalam, rentan ditekan dari luar. Ini sangat berbahaya,” ujar Dr Dedek.
Dr Dedek menyindir manuver sejumlah pihak yang mendorong kandidat tandingan H. Cek Endra dalam Musda. Ia menilai ada indikasi kelompok tertentu mencoba menyisipkan figur yang punya rekam jejak bermasalah secara hukum, yang justru berpotensi mengunci dan menyandera partai dari dalam.
“Jangan sampai ada desain politik yang sengaja mendorong figur dengan beban kasus agar partai bisa dikendalikan. Ini bukan regenerasi sehat, tapi sabotase internal,” ujarnya.
Lebih mengejutkan, Dedek menyebut figur yang digadang-gadang menjadi penantang Cek Endra pernah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus besar yang menjerat politik Jambi: suap ketok palu RAPBD DPRD Jambi.
“Fakta ini harus jadi pertimbangan serius. Kalau calon ketua partai pernah diperiksa KPK dalam kasus suap politik, bahkan sebagai saksi dalam skandal ketok palu DPRD Jambi, apa jadinya wajah partai di mata publik?” ucapnya.
Di tengah riuh manuver itu, Dedek menilai H. Cek Endra tetap menjadi figur paling stabil dan kredibel untuk kembali memimpin Partai Golkar Jambi. Kepemimpinannya disebut sebagai lokomotif kemenangan partai, terbukti dari capaian dua kursi DPR RI dan peningkatan signifikan kursi legislatif di tingkat kabupaten/kota.
“Cek Endra itu sudah teruji. Dia bukan hanya kuat di struktur, tapi juga kuat di masyarakat. Basis loyalitasnya jelas, rekam jejaknya bersih. Kalau Golkar mau solid, ya jangan dipertaruhkan hanya karena kepentingan sesaat,” tegas Dedek.
Dedek juga menyentil elite pusat Partai Golkar seperti Bahlil, Sarmuji, dan Wihaji agar tidak gegabah dalam memberikan dukungan.
“Pusat harus memahami konteks lokal. Jangan hanya karena pendekatan politik atau jaringan lama, lalu mendukung figur yang bisa mencoreng partai. Pilih yang bersih, kuat, dan punya legitimasi publik,” katanya.
Musda Golkar Jambi 2025 bukan hanya tentang perebutan jabatan, tapi juga tentang masa depan partai. Publik kini menanti, apakah Golkar akan memilih pemimpin dengan rekam jejak yang bersih dan terbukti membesarkan u partai, atau terjebak dalam jebakan figur bermasalah yang bisa menjadi bom waktu politik.(*)
Add new comment