Di kawasan wisata Aek Meliuk, Muara Bulian, Muhammad Fadhil Arief berdiri di podium dengan senyum tenang, namun penuh keyakinan. Ia baru saja resmi ditetapkan sebagai Bupati Batanghari periode 2025-2030, melanjutkan kiprah sebagai pemimpin daerah yang tak hanya bertahan, tetapi juga mendobrak mitos yang selama ini membayangi politik lokal.
“Dulu banyak yang bilang, tidak ada Bupati di Batanghari yang bisa menjabat dua periode. Ternyata itu hanya mitos. Hari ini kita buktikan, mitos itu tidak benar,” ucap Fadhil sambil melirik ke arah para pendukungnya yang duduk di barisan depan. Kalimat itu meluncur seperti deklarasi kemenangan, bukan hanya terhadap kotak kosong yang menjadi lawannya di Pilkada 2024, tetapi juga terhadap keraguan yang telah mengakar selama puluhan tahun.
Fadhil mengakhiri Pilkada serentak 2024 dengan kemenangan besar. Dengan raihan suara di atas 70 persen, ia memastikan langkahnya sebagai satu-satunya Bupati Batanghari yang berhasil mengamankan kursi untuk periode kedua. Kemenangan ini tidak hanya menjadi prestasi politik, tetapi juga simbol kepercayaan publik yang tetap terjaga selama periode pertamanya memimpin.
“Alhamdulillah, masyarakat masih memberikan kepercayaan kepada kami. Ini adalah amanah besar, dan saya berkomitmen untuk menjaganya dengan sebaik-baiknya,” ujar Fadhil dalam pidatonya. Ucapannya menggambarkan perpaduan rasa syukur dan tanggung jawab yang ia emban.
Dalam proses politik yang kerap dihiasi konflik, Batanghari justru memberikan teladan sebaliknya. Pilkada berjalan damai, tanpa insiden berarti. Bahkan, pleno penetapan dilakukan di ruang terbuka, mencerminkan suasana politik yang kondusif.
“Kalau Pilkadanya tidak damai, tentu pleno seperti ini tidak akan digelar di tempat terbuka. Ini adalah bukti bahwa masyarakat Batanghari telah matang dalam berdemokrasi,” kata Fadhil dengan bangga. Pernyataannya tidak hanya menyentuh keberhasilan penyelenggaraan Pilkada, tetapi juga menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap elemen keamanan dan penyelenggara pemilu.
Bagi Fadhil, kemenangan ini bukan sekadar momentum politik, tetapi juga hasil dari perencanaan matang yang telah ia jalankan sejak awal. Ia menyoroti pentingnya kesiapan, baik sebelum maupun setelah memenangkan kontestasi politik.
“Banyak yang siap maju, tapi tidak siap menang. Menjadi pemenang tanpa rencana hanya akan berakhir dengan kekecewaan. Karena itu, kami selalu memastikan bahwa setiap langkah telah direncanakan dengan matang,” tegasnya.
Namun, ia juga sadar bahwa kepemimpinan tidak bisa berjalan sendirian. “Sebesar apa pun kapasitas seorang pemimpin, ia tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua stakeholder. Ini adalah kerja bersama, untuk kepentingan bersama,” tambahnya.
Selama bertahun-tahun, narasi tentang kegagalan Bupati Batanghari untuk menjabat dua periode terus hidup, menjadi momok bagi siapa pun yang ingin mencobanya. Namun, Fadhil mematahkan anggapan itu dengan langkah tegas. Ia tidak hanya membawa dirinya menuju periode kedua, tetapi juga mengubah persepsi masyarakat tentang apa yang mungkin dicapai dalam politik lokal.
Kemenangan ini, kata Fadhil, adalah bukti bahwa mitos tak lebih dari cerita yang bisa diubah dengan kerja keras dan dedikasi. Kini, ia memasuki periode kedua dengan optimisme baru, membawa harapan bahwa Batanghari akan terus melangkah maju, jauh dari bayang-bayang politik masa lalu.
“Dua periode bukan lagi mitos. Ini adalah bukti bahwa masyarakat Batanghari percaya pada perubahan dan kerja nyata. Tantangan berikutnya adalah memastikan kepercayaan ini terbayar,” tutupnya.(*)
Add new comment