Sungai Penuh – Pagi yang tenang di desa Tanjung Muda, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh berubah menjadi tragedi pada Rabu, 03 Juli 2024. Eli Maryati (43) tidak pernah menyangka bahwa rutinitas paginya mengambil wudhu di Sungai Batang Merao akan menjadi akhir dari hidupnya. Kejadian ini menambah satu lagi kisah pilu dari derasnya arus Sungai Batang Merao.
Pagi itu, sekitar pukul 05.00 WIB, Eli Maryati bersama ibunya menuju Sungai Batang Merao untuk mengambil wudhu. Mereka berdua sudah terbiasa dengan dinginnya air sungai saat fajar menyingsing. Setelah mengambil wudhu, sang ibu kembali ke rumah untuk melaksanakan salat, meninggalkan Eli yang masih di tepi sungai.
Namun, arus sungai yang biasanya jinak pagi itu berubah garang. Air sungai meluap dengan cepat, dan Eli yang tidak menyadari bahaya tersebut terseret arus yang kuat. Ketika sang ibu kembali dari salat, ia tidak menemukan putrinya di tepi sungai. Kecemasan segera merambat dalam hatinya. Warga desa segera diberitahu, dan pencarian pun dimulai.
Sekretaris Desa Tanjung Muda, Arif, segera memimpin upaya pencarian bersama warga desa. "Setelah mendapatkan informasi dari ibu korban, masyarakat langsung melakukan pencarian," jelas Arif. Mereka menyusuri tepi sungai, berharap menemukan Eli dalam keadaan selamat. Namun, harapan itu mulai memudar seiring berjalannya waktu.
Sungai Batang Merao, dengan arusnya yang deras, seolah menelan Eli tanpa jejak. Tim pencari berjuang melawan waktu dan arus, menyusuri setiap jengkal sungai hingga ke Sungai Terung, sekitar 3 kilometer dari tempat Eli terakhir terlihat.
Pukul 14.00 WIB, sekitar sembilan jam setelah Eli hilang, upaya pencarian membuahkan hasil. Di Sungai Terung, tubuh Eli Maryati ditemukan mengapung. Kondisinya sudah tak bernyawa. Suasana haru bercampur duka menyelimuti para pencari. "Korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, dan langsung dibawa ke rumah duka," tandas Arif dengan suara bergetar.
Berita penemuan ini menyebar cepat di desa, mengguncang perasaan setiap warga yang mendengarnya. Di rumah duka, tangis haru keluarga dan kerabat Eli Maryati pecah, menambah kesedihan di desa yang biasanya damai itu.
Tragedi ini tidak hanya menjadi luka bagi keluarga Eli Maryati, tetapi juga menjadi pengingat akan bahaya yang mengintai di balik arus sungai yang terlihat tenang. Kejadian ini menyoroti pentingnya kewaspadaan saat berada di dekat sungai, terutama ketika debit air meningkat.
Kepala Desa dan para tokoh masyarakat pun mengimbau warga untuk lebih berhati-hati dan menghindari aktivitas di tepi sungai saat air mulai naik. "Kita harus belajar dari kejadian ini, menjaga keselamatan diri dan keluarga, terutama di musim hujan ketika air sungai sering meluap," ujar Arif dalam sebuah pertemuan warga.
Eli Maryati telah pergi, meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarganya dan komunitas Tanjung Muda. Kisahnya menjadi pelajaran berharga bagi semua, tentang betapa rapuhnya hidup dan pentingnya kewaspadaan. Semoga kejadian ini menjadi yang terakhir, dan arus Sungai Batang Merao tidak lagi merenggut nyawa warga yang tidak bersalah.
Sebagai warga desa yang saling peduli, kita berjanji untuk selalu menjaga satu sama lain, memastikan tragedi serupa tidak terulang kembali. Ketenangan Sungai Batang Merao di pagi hari itu kini menjadi saksi bisu dari cerita duka yang akan selalu dikenang.(*)
Add new comment