Kerinci - Matahari baru saja terbit di atas pegunungan Kerinci, ketika Prof Dr. Asa'ari, M.Ag, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci, berbicara dengan semangat mengenai inovasi terbaru dalam pelayanan haji yang diinisiasi oleh Kementerian Agama (Kemenag). Di ruang kerjanya yang sederhana, namun penuh dengan buku-buku agama dan catatan penelitian, Prof Dr. Asa'ari menyoroti pentingnya sistem Fasttrack yang diterapkan di tiga embarkasi haji terbesar di Indonesia: Jakarta, Solo, dan Surabaya.
“Fasttrack ini adalah langkah maju yang luar biasa,” kata Prof Dr. Asa'ari, dengan nada suara yang tegas namun penuh kehangatan.
“Dalam konteks haji, di mana jemaah sering kali harus berhadapan dengan proses keimigrasian yang melelahkan, inovasi ini sangat signifikan. Ini bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang kenyamanan dan pengalaman ibadah yang lebih baik bagi para Jemaah,” imbuh Prof Dr Asa’ari.
Bagi Prof Dr. Asa'ari, Fasttrack bukan sekadar teknologi baru. Ia melihatnya sebagai wujud nyata dari komitmen Kemenag untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan haji. Sistem ini, menurutnya, tidak hanya memotong waktu tunggu yang biasanya panjang di bandara, tetapi juga mengurangi beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh jemaah, terutama mereka yang lanjut usia atau memiliki kondisi kesehatan tertentu.
“Bayangkan, dengan Fasttrack, jemaah bisa melalui proses keimigrasian dengan cepat dan tanpa stres. Ini sangat membantu, mengingat jumlah jemaah di Jakarta, Solo, dan Surabaya sangat besar,” jelas Prof Dr. Asa'ari, sambil menelusuri beberapa laporan dan grafik yang menggambarkan efektivitas sistem tersebut.
Selain Fasttrack, Prof Dr. Asa'ari juga mengapresiasi berbagai inovasi lain yang dilakukan oleh Kemenag RI, di bawah kepemimpin Yaqut Cholil Qoumas. Program Haji Ramah Lansia, misalnya, dirancang khusus untuk memastikan bahwa para jemaah lanjut usia mendapatkan perhatian dan pelayanan ekstra selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji.
Skema Tanazul, yang memungkinkan perpindahan tempat tinggal bagi jemaah di Mekkah untuk mengurangi kepadatan, juga mendapat pujian dari Prof Dr. Asa'ari. Program tanazul ini memungkinkan jemaah haji lansia dan risiko tinggi (risti) untuk mengajukan kepulangan lebih cepat dari jadwal yang seharusnya, atau pengunduran waktu pulang, sehingga mereka bisa mendapatkan kenyamanan dan pelayanan yang lebih baik.
“Inovasi-inovasi ini menunjukkan betapa seriusnya Kemenag di bawah kepemimpinan Gus Yaqut dalam memperbaiki pelayanan haji. Mereka tidak hanya berfokus pada jumlah jemaah, tetapi juga pada kualitas pengalaman mereka,” tambah Prof Dr. Asa'ari.
Di sisi lain, penambahan kuota haji yang diberikan oleh Kerajaan Saudi untuk tahun depan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Prof Dr. Asa'ari meyakini bahwa Kemenag siap untuk menangani peningkatan jumlah jemaah ini dengan baik, berkat pengalaman dan berbagai inovasi yang telah diterapkan.
“Penambahan kuota ini adalah kesempatan untuk terus memperbaiki dan meningkatkan semua aspek pelayanan haji. Saya yakin, dengan inovasi seperti Fasttrack dan dukungan penuh dari semua pihak, kita bisa mewujudkan pengalaman haji yang lebih baik dan lebih nyaman bagi semua jemaah,” kata Prof Dr. Asa'ari, penuh keyakinan.
Sebagai seorang cendekiawan muslim dan bagian dari Kemenag, Prof Dr. Asa'ari berkomitmen untuk terus mendukung segala upaya yang dilakukan untuk perbaikan pelayanan haji. Ia percaya bahwa inovasi harus terus dilakukan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan jemaah saat ini, tetapi juga untuk menghadapi tantangan di masa depan.
“Kita harus selalu berinovasi, selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi para jemaah. Inilah tugas kita, inilah panggilan kita,” tutupnya dengan penuh semangat.
Di balik desiran angin pegunungan Kerinci, ucapan Prof Dr. Asa'ari menggema sebagai panggilan bagi semua pihak untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah haji Indonesia. Dengan sistem Fasttrack dan berbagai inovasi lainnya, masa depan pelayanan haji Indonesia terlihat lebih cerah, siap untuk menyambut tantangan dan membawa perubahan positif yang nyata.(*)
Add new comment