Hari itu, suasana di Dusun Diilir, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh terasa berbeda. Matahari belum sepenuhnya terbit saat berita mengejutkan mulai menyebar. Diza, seorang pelajar SMPN 4 Sungai Penuh, hilang kontak sejak Kamis, 4 Juli 2024. Yang tersisa hanyalah sepucuk surat yang ditemukan di dalam kamarnya, sebuah surat yang menyiratkan keputusasaan sekaligus tekad.
Surat itu ditulis dengan rapi, dalam bahasa Hamparan Rawang. Setiap kata, setiap kalimat, mengandung pesan yang mendalam dari seorang anak kepada keluarganya.
"Jangan cari saya, saya dalam kondisi baik. Saya tidak ingin sekolah lagi. Relakan saya pergi. Ibuk dan ayah fokuskan saja kepada adik. Saya cukup sampai disini saja. Suatu saat nanti saya akan pulang," tulis Diza dalam suratnya.
Surat itu, meski singkat, membawa pesan yang berat. Diza meminta keluarganya untuk tidak mencarinya, memohon agar mereka merelakannya pergi.
"Saya punya banyak kawan. Uang yang ada di kantong Rp. 400.000 cukup jadi bekal untuk beberapa bulan ke depan. Saya pergi tidak sendirian ada beberapa teman berasal dari luar Hamparan Rawang," lanjutnya.
Diza meninggalkan rumah dengan bekal uang seadanya dan ditemani oleh beberapa teman. Keputusannya untuk pergi tampak sudah bulat. Namun, bagi keluarganya, keputusan itu menimbulkan kekhawatiran yang mendalam.
Sepucuk surat itu ditemukan di kamar Diza, dan meskipun jelas menyatakan keinginannya untuk pergi, pihak keluarga tidak bisa tinggal diam. "Kami terus berusaha semaksimal mungkin sampai Diza ditemukan. Harapan kami semoga Diza dalam kondisi baik dan segera ditemukan," ujar Yandri, Kepala Desa Dusun Diilir, kepada Hang-tuah.com.
Keluarga Diza, yang kini diselimuti kecemasan, berharap setiap warga Hamparan Rawang dan Kota Sungai Penuh dapat membantu mencari keberadaan Diza.
"Pulanglah kak Diza. Semua keluarga sayang sama kakak," kata salah satu sepupu Diza dengan penuh harap.
Pencarian Diza menjadi upaya kolektif seluruh desa. Setiap sudut, setiap jalan, setiap rumah diperiksa. Harapan masih menyala, meski waktu terus berjalan. Setiap hari yang berlalu tanpa kabar, menambah beban di hati keluarga Diza.
Desa Hamparan Rawang bukanlah tempat yang besar. Kabar hilangnya Diza segera menyebar luas, mengundang simpati dan kepedulian dari warga sekitar. Mereka ikut serta dalam pencarian, berharap bisa menemukan jejak gadis itu. Setiap orang yang ditemui, setiap tempat yang didatangi, adalah upaya untuk menemukan Diza dan membawanya kembali.
Yandri, Kades Dusun Diilir, mengingatkan pentingnya kepedulian dan kerja sama warga dalam situasi seperti ini.
"Jika menemukan ciri-ciri Diza, segera hubungi pihak keluarga," tegasnya.
Setiap informasi sekecil apapun sangat berarti dalam upaya pencarian ini.
Waktu berlalu dengan perlahan, setiap detik terasa berharga. Di tengah kecemasan, keluarga Diza terus berharap dan berdoa. Mereka tahu bahwa Diza adalah anak yang kuat dan cerdas, tapi ketidakpastian ini menggerogoti ketenangan mereka.
Malam demi malam, keluarga Diza berkumpul, membahas langkah selanjutnya. Mereka tidak menyerah. Harapan untuk melihat Diza kembali dalam keadaan selamat terus menjadi pendorong semangat mereka. Setiap hari, mereka berharap ada kabar baik yang datang.
Surat itu, dengan segala pesannya, tetap menjadi saksi bisu kepergian Diza. Surat itu menyiratkan rasa sakit yang mungkin tidak diketahui oleh keluarganya sebelumnya. Tapi mereka percaya, di balik keputusan Diza, ada alasan yang kuat. Mereka hanya ingin Diza kembali, sehat dan selamat.
Hilangnya Diza adalah misteri yang masih belum terpecahkan. Pencarian terus dilakukan, doa terus dipanjatkan. Di setiap sudut Desa Hamparan Rawang, ada harapan yang tidak pernah padam. Mereka percaya, suatu saat nanti, Diza akan kembali. (*)
Sumber: Hang-tuah.com
Add new comment