Jambi - Konflik internal di tubuh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jambi terus memanas. Setelah Ketua KADIN Jambi, Usman Sulaiman, melontarkan kritik keras terhadap klaim pihak Tim Transisi KADIN Jambi versi Anindya Bakrie, kini giliran Ir. Syahrasaddin, Ketua Tim Transisi, dan juru bicara mereka, Robert Samosir, yang memberikan respons tajam.
Syahrasaddin menyebut kepemimpinan Usman Sulaiman selama ini tidak produktif.
"Kepengurusan KADIN di era Usman stagnan, tidak ada kegiatan atau program yang jelas. Bahkan, kantor KADIN yang seharusnya menjadi pusat aktivitas ekonomi malah disewakan ke perusahaan jasa transportasi. Ini yang mendorong kami ingin membuat perubahan," tegas Syahrasaddin.
Ia juga menyebut bahwa Usman Sulaiman sejak awal tidak pernah mendukung kepemimpinan KADIN Indonesia versi Anindya Bakrie. Menurutnya, hal ini menjadi dasar utama mengapa mereka membentuk Tim Transisi.
"Kami sejak awal adalah bagian dari KADIN Anindya. Kalau sekarang ada klaim bahwa kami tidak punya legalitas, itu tidak benar. Saya sendiri memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) baik dari KADIN Arsjad maupun KADIN Anindya," ujarnya.
Mantan Sekda Provinsi Janbi itu juga menyoroti status Usman di tingkat pusat. Syahrasaddin menegaskan bahwa Usman sudah tak diterima baik oleh kubu Anindya Bakrie maupun kubu Arsjad Rasjid, yang saat ini memimpin KADIN Indonesia.
"Usman Sulaiman itu tidak lagi punya tempat di pusat, baik di Anindya maupun di Arsjad. Kalau di pusat, dia cuma jadi bahan ledekan saja. Dia cuma jadi bahan lawak-lawak," ujar Sadin, begitu ia akrab disapa.
Baca kritik Ketua KADIN Jambi Usman Sulaiman terhadap tim transisi di sini :
Pengurus KADIN Jambi versi Anindya Bertemu Gubernur Jambi, Usman : Dasar Mereka Apa?
Pernyataan ini menambah panjang daftar kritik terhadap Usman yang sebelumnya dituduh gagal memimpin KADIN Jambi. Menurut Syahrasaddin, sikap dan tindakan Usman selama ini tidak mencerminkan seorang pemimpin yang mampu membawa organisasi menjadi lebih baik, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Juru bicara KADIN Jambi versi Anindya, Robert Samosir, tak kalah keras dalam menyampaikan kritiknya terhadap Usman Sulaiman. Ia menyebut bahwa pembentukan Tim Transisi KADIN Jambi adalah langkah yang tidak bisa dihindari, karena Usman dinilai gagal menjalankan perannya sebagai Ketua KADIN.
"Usman Sulaiman itu tidak mendukung KADIN versi Anindya sejak awal. Bagaimana mungkin dia bisa mengklaim dirinya sebagai Ketua KADIN yang sah, sementara tidak ada dukungan dari KADIN pusat di bawah Anindya? Kami, KADIN versi Anindya, memiliki KTA yang jelas dan resmi. Kalau Usman mempertanyakan legalitas kami, pertanyaannya balik: apakah dia masih relevan sebagai Ketua KADIN?" serang Robert dengan nada tajam.
Robert juga menyoroti apa yang ia sebut sebagai "kegagalan struktural" dalam kepemimpinan Usman.
"Selama ini, apa yang sudah dilakukan Usman untuk KADIN Jambi? Tidak ada. Aktivitas KADIN di bawah dia mandek. Bahkan, kantor KADIN disewakan, seolah-olah organisasi ini hanya menjadi alat untuk kepentingan pribadi. Ini yang membuat kami bertekad untuk mengambil langkah konkret membentuk Tim Transisi," katanya.
Konflik ini tak hanya melibatkan perdebatan legalitas, tetapi juga perbedaan visi antara dua kubu. Usman Sulaiman mengklaim dirinya sebagai pemimpin dengan skala nasional dan menyebut lawannya sebagai "pemain daerah."
Namun, Syahrasaddin dan Robert justru membalikkan narasi ini, menuduh Usman gagal membawa KADIN Jambi menjadi organisasi yang relevan di tingkat daerah, apalagi nasional.
"Kalau Usman bicara tentang dirinya pemain nasional, itu hanya klaim sepihak. Faktanya, KADIN Jambi di bawah dia tidak terlihat kontribusinya baik di tingkat lokal maupun nasional. Kami, di sisi lain, berkomitmen untuk menjadikan KADIN Jambi lebih progresif dengan mendukung visi besar KADIN Indonesia di bawah kepemimpinan Anindya," tambah Robert.
Salah satu poin yang menjadi sorotan adalah tudingan bahwa kantor KADIN Jambi disewakan ke perusahaan jasa transportasi.
“Ini jelas mencerminkan bahwa kepemimpinan Usman tidak memprioritaskan pengembangan organisasi. Bagaimana mungkin kantor KADIN yang seharusnya menjadi simbol ekonomi justru dimanfaatkan untuk kepentingan komersial,” kritik Robert.(*)
Add new comment