Sarolangun - Raja Indra, seorang aktivis memberikan kritik tajam terhadap kepemimpinan Tantowi sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Sarolangun. Menurutnya, di bawah kepemimpinan Tantowi, Golkar mengalami kemunduran drastis dalam pemilu legislatif 2024.
Golkar hanya berhasil meraih 4 kursi di DPRD Sarolangun pada Pemilu 2024, turun drastis dari 8 kursi yang diraih pada Pemilu 2019 saat Golkar masih dipimpin oleh H. Cek Endra. Penurunan jumlah kursi ini dianggap sebagai bukti nyata kegagalan kepemimpinan Tantowi.
"Sejak dipimpin Tantowi, Golkar DPD II Sarolangun terjun bebas pada pemilu legislatif 2024. Partai Golkar hanya mendapatkan 4 kursi DPRD, sementara pada pemilu legislatif 2019, partai ini mendapatkan 8 kursi," ujar Raja Indra.
Menurut Raja Indra, alasan pengurangan jumlah kursi dari 35 menjadi 30 di DPRD Sarolangun tidak bisa dijadikan pembenaran atas penurunan ini. Ia menunjukkan bahwa partai lain justru berhasil meningkatkan jumlah kursinya, seperti PPP yang naik dari 4 kursi menjadi 5 kursi, dan PAN yang naik dari 3 kursi menjadi 4 kursi.
"Jika alasan pengurangan kursi adalah penyebabnya, mengapa partai lain justru berhasil menambah kursi? Ini menunjukkan bahwa masalahnya ada pada kepemimpinan," tambahnya.
Raja Indra mengaku sejak awal sudah pesimis dengan kepemimpinan Tantowi. Menurutnya, Tantowi tidak mampu menjadi perekat antar kader partai dan tidak memiliki kemampuan membangun semangat perjuangan partai. Kondisi ini, kata Indra, semakin parah saat penyusunan calon legislatif untuk Pemilu 2024.
"Beliau mengabaikan kader yang telah berjuang puluhan tahun di Golkar. Siapa bilang Tantowi punya prestasi dalam membesarkan Golkar di Sarolangun? Yang ada hanya mengecilkan partai," tegasnya.
Raja Indra menyebut Ketua Umum Airlangga Hartarto pernah menekankan pentingnya mempertahankan perolehan kursi di setiap tingkatan partai. Menurut Raja Indra, Tantowi telah gagal total dalam memenuhi arahan tersebut.
"Raport Tantowi sebagai Ketua DPD II Sarolangun nilainya merah. Jika merah, ya tidak naik kelas. Saya pikir keliru jika DPP Golkar memberi rekomendasi kepada Tantowi untuk berlaga di Pilkada Bupati Sarolangun," lanjutnya.
Ia mengingatkan DPP Partai Golkar untuk lebih selektif dalam menentukan calon di Pilkada 27 November 2024 mendatang, agar Golkar Sarolangun tidak kembali terjun bebas.
"Untuk apa diberikan rekomendasi kepada orang yang tidak ada prestasi? DPP Golkar harus lebih selektif dalam menentukan calon agar partai Golkar di Sarolangun tidak terjun bebas lagi," tutupnya.
Kritik tajam ini menunjukkan adanya ketidakpuasan yang mendalam terhadap kepemimpinan Tantowi di Golkar Sarolangun dan menjadi peringatan bagi DPP Partai Golkar untuk lebih berhati-hati dalam memilih calon pemimpin di masa mendatang.(*)
Analisa Mendalam Kepemimpinan Tantowi di Partai Golkar Sarolangun: Perspektif Kinerja dan Tantangan Politik
Latar Belakang
Kritik keras yang dilontarkan oleh Raja Indra, kader senior Partai Golkar di Sarolangun, terhadap kepemimpinan Tantowi sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Sarolangun mengungkapkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap kinerja dan arah partai di bawah kepemimpinannya. Penurunan jumlah kursi DPRD dari 8 menjadi 4 pada Pemilu 2024 menjadi sorotan utama, menunjukkan penurunan signifikan dalam performa partai dibandingkan dengan periode sebelumnya di bawah kepemimpinan H. Cek Endra.
Analisis Data Pemilu 2024
Pada Pemilu 2024, Partai Golkar hanya berhasil memperoleh 4 kursi di DPRD Sarolangun, turun drastis dari 8 kursi yang diraih pada Pemilu 2019. Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran dan kritik tajam dari dalam partai. Meskipun jumlah kursi di DPRD Sarolangun berkurang dari 35 menjadi 30, partai-partai lain seperti PPP dan PAN berhasil meningkatkan jumlah kursinya, menunjukkan bahwa pengurangan jumlah kursi tidak sepenuhnya menjadi alasan kegagalan Golkar.
Kepemimpinan Tantowi: Kritik dan Implikasi
Raja Indra menegaskan bahwa Tantowi gagal menjadi pemimpin yang efektif, dengan beberapa poin kritik utama:
- Kelemahan dalam Menyusun Tim dan Strategi: Tantowi dianggap tidak mampu menjadi perekat antar kader partai, mengakibatkan lemahnya semangat perjuangan dan kohesi internal partai. Kegagalan ini terlihat jelas dalam proses penyusunan calon legislatif untuk Pemilu 2024, di mana Tantowi dituduh mengabaikan kader yang telah lama berjuang di partai.
- Ketidakmampuan dalam Meningkatkan Perolehan Kursi: Dibandingkan dengan partai lain yang justru berhasil meningkatkan jumlah kursi, kegagalan Golkar di bawah Tantowi menunjukkan adanya masalah serius dalam strategi dan eksekusi kampanye. Pernyataan Raja Indra bahwa alasan pengurangan jumlah kursi tidak bisa dijadikan pembenaran, memperkuat argumen bahwa kegagalan ini lebih disebabkan oleh kepemimpinan yang kurang efektif.
- Kritik Terhadap DPP Partai Golkar: Pernyataan Raja Indra meminta DPP Partai Golkar untuk lebih selektif dalam menentukan calon pemimpin di masa mendatang, menyoroti pentingnya evaluasi yang mendalam terhadap kinerja kader sebelum diberikan rekomendasi untuk mengikuti Pilkada. Kritik ini juga menekankan bahwa kegagalan kepemimpinan Tantowi tidak hanya merugikan Golkar di Sarolangun, tetapi juga dapat mempengaruhi citra partai secara keseluruhan.
Tantangan dan Rekomendasi
- Evaluasi Internal dan Reformasi Kepemimpinan: Golkar perlu melakukan evaluasi internal yang komprehensif untuk mengidentifikasi kelemahan dalam kepemimpinan dan strategi kampanye. Reformasi kepemimpinan mungkin diperlukan untuk memastikan partai dipimpin oleh individu yang memiliki kemampuan dan integritas yang diperlukan.
- Peningkatan Kohesi dan Semangat Kader: Upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kohesi antar kader dan membangun semangat perjuangan yang kuat. Ini bisa dicapai melalui pelatihan kepemimpinan, peningkatan komunikasi internal, dan penetapan visi bersama yang jelas.
- Strategi Kampanye yang Lebih Efektif: Partai perlu merumuskan strategi kampanye yang lebih efektif, dengan fokus pada isu-isu lokal yang relevan dan kebutuhan konstituen. Analisis data pemilu sebelumnya dan pemetaan kekuatan serta kelemahan partai dapat membantu dalam menyusun strategi yang lebih baik.
- Selektivitas dalam Penentuan Calon: DPP Partai Golkar harus lebih selektif dalam menentukan calon pemimpin di masa mendatang, memastikan bahwa mereka yang dipilih memiliki rekam jejak dan kemampuan yang terbukti. Proses seleksi yang transparan dan berbasis meritokrasi akan meningkatkan kepercayaan kader dan konstituen terhadap partai.
Kesimpulan Kami
Kepemimpinan Tantowi di Golkar Sarolangun telah menghadapi kritik tajam dari dalam partai, dengan penurunan jumlah kursi DPRD sebagai bukti nyata kegagalan strategis. Tantangan ke depan memerlukan evaluasi yang mendalam dan reformasi dalam kepemimpinan serta strategi partai. DPP Partai Golkar harus belajar dari pengalaman ini dan memastikan pemimpin yang dipilih di masa mendatang mampu membawa partai menuju kesuksesan yang lebih besar.(*)
Add new comment