Medan - Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP), Japto Soeryo Soemarno, memberikan arahan tajam dan strategis dalam rapat pleno Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) Pemuda Pancasila, Senin (13/1) malam. Tidak hanya membahas isu kebangsaan, Japto juga menyinggung langkah besar organisasi untuk kembali menghidupkan Partai Patriot, seiring putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghapuskan ambang batas parlemen (parliamentary threshold).
Dalam pidatonya, Japto mengkritik tajam praktik kolonialisasi baru di Indonesia, dengan menggambarkan bagaimana pihak asing mampu menguasai lahan subur yang seharusnya menjadi hak rakyat pribumi.
"Bayangkan, ada orang asing datang dengan uang Rp10 miliar, mereka dapat konsesi lahan yang kaya hutan. Kayunya dijual dengan keuntungan dua kali lipat, dan lahan itu dikelola puluhan tahun. Sementara petani pribumi kita bahkan tidak mendapat akses lahan. Ini kolonialisasi baru yang harus kita lawan," tegas Japto di hadapan ribuan kader PP.
Ia menyerukan agar seluruh kader Pemuda Pancasila memiliki rasa memiliki terhadap tanah air, yang menurutnya menjadi kunci untuk menjaga dan melindungi kekayaan bangsa. "Kalau kita punya rasa memiliki, kita akan melindungi. Jangan sampai ada lagi yang merampas hak rakyat kita," lanjutnya.
Di sisi lain, Japto mengungkapkan peluang besar bagi Pemuda Pancasila untuk kembali berkiprah di dunia politik melalui Partai Patriot, yang hingga kini masih terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM.
"Dengan dihapusnya parliamentary threshold oleh MK, ini membuka jalan bagi kita untuk menghidupkan kembali Partai Patriot. Dan saya tegaskan, tidak boleh ada lagi Ketua MPW atau MPC yang berada di partai politik lain," ujarnya tegas.
Japto menyampaikan bahwa MPW dan MPC secara otomatis akan menjadi bagian dari struktur organisasi Partai Patriot. Langkah ini, menurutnya, merupakan bagian dari strategi Pemuda Pancasila untuk memperkuat posisi politiknya sebagai mitra pemerintah.
"Kita tidak lagi menjadi benalu, tetapi jadi mitra pemerintah yang nyata. Melalui Partai Patriot, kita bisa membantu pemerintah menyejahterakan rakyat dengan lebih efektif," katanya.
Japto juga menekankan pentingnya kekompakan internal organisasi. Ia mengingatkan agar tidak ada lagi konflik internal yang dapat merusak soliditas Pemuda Pancasila.
"Di depan jangan seenaknya, di belakang jangan jegal-jegal. Kita ini satu keluarga besar. Harus kompak. PP bukan tempat berkonflik, tetapi tempat kita bersama-sama memperjuangkan rakyat," katanya.
Di sela arahannya, Japto menceritakan sejarah unik seragam loreng oranye yang menjadi ciri khas Pemuda Pancasila. Ia mengenang bagaimana warna oranye akhirnya dipilih setelah mencoba berbagai warna seperti merah dan biru yang dianggap tidak cocok.
"Awalnya polos oranye, lalu ada ide untuk bikin loreng. Coba merah, nggak bagus. Coba biru, juga nggak cocok. Akhirnya oranye, baru klop," ungkapnya, disambut tawa dan tepuk tangan para peserta.
Arahan Japto malam itu menjadi panduan strategis bagi Pemuda Pancasila dalam menyusun langkah organisasi ke depan. Selain membahas konsolidasi organisasi dan persiapan Musyawarah Besar (MUBES) XI pada Mei 2025, MPP ini juga menjadi momen penting untuk menentukan arah kebijakan besar, termasuk penguatan Partai Patriot sebagai wadah perjuangan politik Pemuda Pancasila.
Dengan soliditas dan semangat baru, Pemuda Pancasila berkomitmen menjadi garda depan dalam membantu pemerintah dan menjaga kedaulatan bangsa. "Kita bukan hanya organisasi, kita adalah keluarga besar yang punya tanggung jawab untuk bangsa ini," tutup Japto penuh semangat.(*)
Comments
Koti MPW Jambi
+628127458518
Add new comment