Menjual Jambi ke Dunia, TAG Gagas Strategi Baru Promosi Wisata Jambi

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Berita
IST

“Jambi itu lengkap. Ada gunung, ada danau, ada candi, ada sungai, ada budaya. Tapi mengapa tak pernah viral?”

Kalimat itu terlontar di pertengahan diskusi hangat “Rabuan Series” yang digelar Tim Tenaga Ahli Gubernur (TAG) Jambi, Rabu siang, 23 Juli 2025. Bertempat di aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, ruangan tampak penuh ajah-wajah serius, akademisi, pelaku usaha, mahasiswa, dan ASN lintas instansi. Tema diskusi siang itu memang menyentil “Strategi Pemasaran Pariwisata Jambi.”

Thamrin Bachri, Mantan Dirjen Kementerian Pariwisata yang kini menjadi anggota TAG Jambi itu mengulik lebih dalam persoalan strategi marketing wisata di Jambi. Usianya tak lagi muda, tapi wawasannya tajam seperti mata kamera promosi pariwisata era digital. Dan tutur katanya, seolah seperti mengomandani pasukan pemasaran yang tersesat arah.

“Masalahnya bukan hanya apa yang kita punya. Tapi kenapa orang harus datang ke sini?” katanya.

Menurut Thamrin, pemasaran wisata bukan sekadar menjual tempat. Tapi, bagaimana menjual alasan untuk datang. Yang membuat orang terbang ribuan kilometer bukan karena semata-mata ‘tempatnya indah’. Lebih jauh dari itu, mereka datang karena ada cerita, ada pengalaman, ada nilai yang tak bisa dicari di tempat lain, ada senyum hangat yang diberikan masyarakatnya.

Ia menyebut tiga kunci utama dalam pemasaran destinasi. Pertama, Daya Tarik Emosional.

“Orang mau ke Ubud bukan cuma karena sawahnya, tapi karena ketenangan. Orang ke Thailand bukan cuma karena kuilnya, tapi karena suasana dan keramahan,” ujarnya.

Kedua, kemudahan Akses dan Fasilitas.

“Jangan suruh wisatawan naik ojek tiga kali, masuk hutan tanpa papan petunjuk, lalu minta mereka kasih bintang lima di Google Review.”

Ketiga, Promosi Massif dan Konsisten.

“Kita harus hadir di mana mata dunia berada. Di layar mereka, di telinga mereka, di algoritma mereka. Jangan cuma berharap pada brosur di bandara.”

Thamrin juga menggarisbawahi pentingnya membangun infrastruktur pariwisata secara simultan dengan promosi. Artinya, tak cukup hanya memperbaiki jalan ke Candi Muaro Jambi atau membangun homestay di kaki Gunung Kerinci. Harus ada kampanye digital yang menggoda dan konsisten. Harus ada festival tahunan yang membuat orang menandai tanggalnya sejak Januari. Harus ada branding pariwisata yang kuat dan tidak berubah-ubah tiap ganti kepala dinas.

Ia mengusulkan slogan kuat dan berkarakter seperti,

“Jambi – Jejak Sejarah Swarna Dwipa dan Keindahan Alam Sumatera”.

Slogan ini, katanya, harus dicetak di merchandise, ditulis di badan pesawat, di branding travel agent, dan diunggah setiap hari oleh influencer lokal. Bukan sekadar dipajang di backdrop acara seminar.

Menurutnya, Jambi bukan tidak punya isi. Tapi belum punya cerita yang bisa menembus dunia. Dan di era sekarang, yang paling menang bukan yang paling kaya, tapi yang paling pandai bercerita.

“Kalau kamu tak bisa membuat orang penasaran, maka mereka tak akan datang. Sebagus apa pun alam kamu,” tegasnya.

Dan itulah PR besar bagi kita semua.

Diskusi Rabuan Series TAG menggagas inovasi pemasaran pariwisata Jambi

Prof. Sukendro, Tenaga Ahli Gubernur itu melanjutkan diskusi sebagai pemateri kedua. Ia tak sedang membaca slide panjang atau menjelaskan teori pemasaran dengan bahasa rumit. Ia bicara seperti seorang pendongeng kampus yang resah, tentang betapa kaya Jambi, tapi betapa diam dunia tentang Jambi.

“Kita punya Candi Muaro Jambi, situs Buddhis terbesar di Asia Tenggara. Tapi siapa yang tahu? Kita punya Gunung Kerinci yang menjulang gagah. Tapi siapa yang datang?” ujar Sukendro.

Ia lantas mengurai strategi, satu per satu, secara sistematis namun membumi. Mulai dari optimalisasi media sosial (Instagram, TikTok, YouTube), kolaborasi dengan influencer, hingga pentingnya membuat website pariwisata Jambi yang aktif dan responsif dalam multibahasa. Konten visual, katanya, harus mampu membuat mata tak berkedip. Video drone Gunung Tujuh, misalnya, atau slow motion proses membatik oleh ibu-ibu di Seberang.

Lebih jauh, Sukendro menekankan pentingnya membangun paket wisata terpadu, yakni menggabungkan alam dan budaya dalam satu napas perjalanan. Ia mengusulkan model wisata “Gunung & Candi”, “Danau & Desa Adat”, hingga “Kuliner & Kerajinan”.

Usai paparan dan sesi tanya jawab, diskusi dilanjutkan dengan kesimpulan konkret, dibentuknya Forum Koordinasi Pemasaran Pariwisata Jambi.

Forum ini digagas oleh TAG, yang dikomandoi Ir Syahrasaddin Msi, untuk menjembatani kerja lintas sektoral, antara dinas pariwisata, dinas perhubungan, pelaku usaha, komunitas kreatif, taman nasional dan akademisi.

“Semua sektor harus bicara. Kita tidak bisa lagi kerja dalam silo. Kalau semua bergerak sendiri-sendiri, promosi tak akan berdampak. Tapi kalau kita terpadu, narasi Jambi akan menembus dunia,” tegas Syahrasaddin saat menutup acara.

Forum ini ke depan akan menjadi wadah kolaboratif strategis untuk menyusun paket wisata bersama, melakukan promosi terintegrasi, mendorong investasi swasta, serta mengawal branding dan positioning wisata Jambi di tingkat nasional dan internasional.

Jambi tak kekurangan isi. Yang dibutuhkan kini adalah cerita yang viral, koordinasi yang kuat, dan strategi yang bergerak bersama. Karena di era digital, yang menang bukan yang paling indah. Tapi yang paling bisa membangun cerita dan menjualnya ke dunia.(*)

Comments

Permalink

Sini saya kasih tahu Lo,

1. Biaya tidak bisa diperkirakan, banyak pungutan liar, biaya tambahan.
2. Infrastruktur tanggung, kalau mau wisata seperti dirty-mud (semoga Lo tahu ya, kan disebutkan ahli!), buat jalan kelokaso dirty-mud bagus.
3. Alam bagus? (Kata nenek Lo), enak kami ke sumbar, alam yang bagus dapat, kuliner enak dan juara dapat.

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network