Deklarasi HAR-Guntur di Jambi lebih mirip konser musik ketimbang acara politik serius. Pengunjung adalah penggemar setia Ari Lasso, yang datang untuk hiburan, bukan pendukung kandidat yang ingin mendengar program. Sebaliknya, Maulana-Diza fokus pada program nyata untuk masa depan Kota Jambi.
Deklarasi pasangan HAR-Guntur di Kota Jambi yang berlangsung tadi malam memang ramai, namun acara tersebut tampaknya lebih sebagai ajang hura-hura ketimbang deklarasi politik serius. Ribuan orang yang memadati lokasi bukanlah pendukung yang ingin mendengar visi dan misi pasangan HAR-Guntur, melainkan penggemar setia Ari Lasso yang hanya datang untuk menyaksikan penampilan sang artis.
Pengamat Komunikasi Politik Jambi, Dedi Saputra, menilai bahwa HAR-Guntur telah menyia-nyiakan kesempatan penting untuk memperkuat komunikasi politik dengan masyarakat. Bukannya memanfaatkan momen deklarasi untuk menyampaikan program kerja yang konkret, HAR-Guntur malah memilih cara instan dengan menghadirkan selebriti demi menarik massa.
"Esensi dari sebuah deklarasi politik itu adalah menyampaikan program dan visi kepada masyarakat, menunjukkan kesiapan untuk memimpin. Tapi yang terjadi pada acara HAR-Guntur justru kebalikannya. Orang-orang datang bukan karena HAR-Guntur, tapi karena Ari Lasso. Ini bukan deklarasi politik, ini konser musik," tegas Dedi Saputra.
Sementara ribuan penonton asyik bernyanyi bersama Ari Lasso, HAR-Guntur gagal menyampaikan pesan yang kuat mengenai apa yang mereka tawarkan untuk masa depan Kota Jambi. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang seberapa serius HAR-Guntur dalam kontestasi Pilwako Jambi. Jika hanya mengandalkan popularitas selebriti, bisakah mereka benar-benar membawa perubahan positif bagi kota ini?
Sebaliknya, deklarasi pasangan Maulana-Diza Aljoshua Hazrin menunjukkan pendekatan yang jauh lebih matang dan terarah. Di acara mereka, masyarakat dari berbagai kalangan hadir bukan untuk hiburan semata, tetapi untuk mendengar program kerja yang dipaparkan dengan jelas oleh pasangan ini. Maulana-Diza berhasil menunjukkan bahwa mereka bukan hanya siap memimpin, tetapi juga memiliki rencana konkret untuk membawa Kota Jambi ke arah yang lebih baik.
"Deklarasi Maulana-Diza adalah contoh bagaimana seharusnya sebuah deklarasi politik dilakukan. Fokus pada program, fokus pada bagaimana mereka akan membuat perubahan nyata. Itulah yang dibutuhkan Kota Jambi, bukan sekadar euforia massa," ujar Dedi.
Jika HAR-Guntur hanya mengandalkan popularitas artis dan massa yang datang karena faktor hiburan, pasangan Maulana-Diza menunjukkan bahwa mereka siap memenangkan hati rakyat dengan visi dan program yang jelas. Dalam persaingan Pilwako Jambi, rakyat butuh lebih dari sekadar hiburan—mereka butuh pemimpin yang mampu membuat perubahan nyata.(*)
Comments
Sebagai pengamat politik…
Sebagai pengamat politik..sepertinya anda kurang memahami apa arti dan makna sebuah Deklarasi..menurut saya apa yg dilakukan oleh pasangan HAR-GUNTUR itu sangat jitu dan patut di acungi jempol..karena mereka menggunakan gaya komunikasi politik yang Partisipatif..melibatkan seluruh element masyarakat didalam tahapan pengukuhan calon..deklarasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh respons sekaligus akseptabilitas publik terhadap figur yang bakal diusung partai dalam kompetisi politik..pasangan HAR-GUNTUR telah sukses dan berhasil mempublikasikan dan menyosialisasikan diri mereka untuk menjadi perhatian dan perbincangan publik bahkan telah berhasil memberikan shock terapi pada kubu lawannya..perihal pemaparan visi dan misi saya rasa sudah ada koridor dan tempatnya tersendiri yaitu pada saat Masa Kampanye.
Iri ni yee
Iri ni yee
Add new comment