Oleh:
Irjen Pol (Purn) Syafril Nursal
Pada sore yang tenang di tahun 2020, saya dan Fachrori Umar, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jambi, melangkah mantap menuju Kantor KPU Jambi. Kami mengenakan pakaian adat Melayu lengkap, sebuah keputusan yang bukan hanya simbolis, tetapi juga pernyataan tegas bahwa budaya Melayu masih hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat Jambi.
Simbol Budaya Melayu: Warisan yang Harus Dihidupkan
Pakaian adat Melayu yang saya kenakan hari itu, tengkuluk dan baju kurung dari kain songket dengan motif yang rumit, bukan sekadar pakaian. Ini adalah simbol keagungan dan kekayaan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita.
Pada abad ke-17, Rang Kayo Hitam mendirikan Kesultanan Jambi yang mencapai puncak kejayaan. Pakaian adat, keris Siginjai, dan istana-istana megah menjadi lambang keagungan dan kekayaan budaya Melayu. Pakaian adat yang dikenakan oleh para sultan tidak hanya mencerminkan status mereka sebagai penguasa tetapi juga sebagai penjaga tradisi dan identitas budaya.
Ratusan tahun kemudian, Sultan Thaha Syaifudin melanjutkan perjuangan ini. Dia memimpin perlawanan melawan penjajah Belanda dengan gigih. Pertempuran di Bungo menjadi salah satu saksi bisu perjuangannya. Meski akhirnya gugur, semangat Sultan Thaha tetap hidup dalam ingatan rakyat Jambi. Makamnya di Dusun Muara Tebo kini menjadi tempat ziarah yang penuh hormat, tempat di mana orang-orang mengenang perjuangan dan pengorbanannya.
Upaya Menghidupkan Kembali Budaya Melayu
Seiring berjalannya waktu, modernisasi membawa banyak perubahan. Generasi muda mulai melupakan simbol-simbol kebesaran Melayu yang dahulu sangat dihormati. Namun, bagi saya, kebangkitan simbol-simbol ini bukan hanya soal nostalgia. Ini tentang membangun identitas yang kuat dan rasa bangga akan warisan budaya kita.
Saya percaya bahwa budaya adalah jiwa dari sebuah bangsa. Melalui kebijakan politik, saya ingin menghidupkan kembali budaya Melayu dengan mengimplementasikan program pendidikan budaya di sekolah-sekolah. Saya berencana mengadakan festival budaya yang meriah dan mendukung seni serta kerajinan tradisional Melayu. Ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi langkah nyata untuk memastikan bahwa generasi muda Jambi merasakan kebanggaan yang sama seperti yang kita rasakan.
Dalam kampanye saya, mengenakan pakaian adat Melayu saat pendaftaran kandidat adalah langkah simbolis. “Ini bukan hanya tentang baju,” kata saya. “Ini adalah pernyataan bahwa budaya kita masih hidup dan relevan.” Tengkuluk di kepala saya bukan sekadar hiasan, tetapi simbol dari kebesaran nenek moyang kita. Baju kurung yang saya kenakan, terbuat dari kain songket dengan motif rumit, mencerminkan kekayaan dan keagungan budaya Melayu. Saya ingin generasi muda Jambi merasakan kebanggaan yang sama.
Tantangan dan Kegagalan di Pilgub 2020
Meskipun upaya kami disambut positif oleh masyarakat, sayangnya, kami gagal meraih kemenangan di Pilgub Jambi 2020. Kekalahan ini tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun, saya yakin bahwa semangat untuk menghidupkan kembali budaya Melayu tidak akan padam. Kekalahan ini hanya menunda, bukan mengakhiri, perjuangan kami.
Saya mengajak seluruh masyarakat Jambi untuk tetap bersemangat dalam melestarikan budaya kita. Mengenang kejayaan masa lalu adalah penting, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana kita merajut masa lalu dengan masa kini untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Merajut Masa Lalu dan Masa Kini
Budaya Melayu adalah identitas agung yang harus kita jaga dan hidupkan kembali. Meskipun langkah kami tertunda, saya tetap berkomitmen untuk memperjuangkan kebangkitan budaya ini. Mari bersama-sama kita pastikan bahwa simbol-simbol kebesaran Melayu terus hidup dalam setiap langkah dan kebijakan yang kita ambil untuk kebaikan Jambi dan generasi mendatang.
Saya percaya, kebudayaan kita adalah aset yang tak ternilai. Dengan merawat dan menghidupkannya kembali, kita tidak hanya menghormati para pendahulu kita, tetapi juga memberikan warisan yang berharga bagi anak cucu kita. Mari kita bangun Jambi dengan semangat budaya Melayu yang kuat dan penuh kebanggaan.(*)
Penulis adalah warga Jambi tinggal di Jakarta, Ketua HKKN, Mantan Kapolda Sulteng dan kini sebagai Komisaris Indonesia Power.
Comments
Keren pak Syafril. Tak…
Cocok ini, tanggal 2 Juli…
Cocok ini, tanggal 2 Juli sebentar lagi, itu tanggal hari adat melayu Jambi lohh...
Add new comment