Remaja Bawa Sajam di Jalan Baru Jambi Timur, Polisi Bergerak Cepat Amankan 9 Orang

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Kriminal
Ist

Kota Jambi – Kepolisian Sektor (Polsek) Jambi Timur mengamankan sembilan remaja yang diduga terlibat dalam aksi membawa senjata tajam di kawasan Jalan Baru, Kecamatan Jambi Timur, pada Jumat (10/10/2025) siang.
Peristiwa itu sempat menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat setelah rekaman video aksi para remaja viral di media sosial.

Dalam video berdurasi sekitar 30 detik yang tersebar di sejumlah platform, tampak sekelompok remaja mengendarai sepeda motor sambil mengacungkan senjata tajam jenis parang dan celurit di jalan raya yang ramai. Aksi tersebut berlangsung pada siang hari, di kawasan padat lalu lintas dan permukiman warga.

Kapolsek Jambi Timur AKP Edi Mardi membenarkan peristiwa tersebut.
Menurutnya, aparat segera bertindak setelah menerima laporan masyarakat dan memverifikasi kebenaran video yang beredar.

“Benar, kami sudah mengamankan sembilan orang remaja yang diduga terlibat. Semuanya masih di bawah umur. Saat ini mereka sedang menjalani pemeriksaan intensif,” ujar AKP Edi Mardi, Sabtu (11/10/2025).

Polisi juga tengah menelusuri kemungkinan keterkaitan para pelaku dengan kelompok geng motor yang belakangan marak di Kota Jambi.

“Kami masih mendalami apakah kelompok ini bagian dari jaringan geng motor tertentu atau hanya aksi spontan yang dipengaruhi lingkungan dan media sosial,” tambahnya.

Fenomena keterlibatan remaja dalam tindakan anarkis di Kota Jambi bukan kali pertama terjadi. Namun, aksi yang dilakukan secara terbuka di siang hari dan direkam untuk disebarluaskan di media sosial menunjukkan adanya pola baru dalam perilaku remaja urban.

Beberapa warga yang berada di sekitar lokasi mengaku sempat ketakutan dan memilih menepi ketika iring-iringan motor melintas dengan kecepatan tinggi sambil mengacungkan senjata tajam.

“Kami kira tawuran. Anak-anak itu melintas sambil teriak-teriak. Banyak orang langsung berhenti karena takut,” ungkap Rizal, warga sekitar Jalan Baru.

Kepolisian memastikan akan menindaklanjuti kasus ini secara proporsional dengan mempertimbangkan aspek hukum dan perlindungan anak.
Selain pemeriksaan oleh unit Reskrim, para remaja juga akan menjalani asesmen sosial dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk menentukan langkah pembinaan lanjutan.

“Kami berkoordinasi dengan orang tua dan pihak sekolah. Prinsipnya, selain penegakan hukum, kami juga mengedepankan pendekatan pembinaan agar mereka tidak mengulangi perbuatan serupa,” jelas AKP Edi.

Kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk lebih aktif melakukan pengawasan terhadap aktivitas anak dan remaja, terutama dalam penggunaan media sosial yang sering menjadi pemicu munculnya tantangan atau aksi gaya geng motor.

Sosiolog Universitas Jambi, Dr. Ahmad Supriyanto, menilai fenomena remaja bersenjata di jalan raya menunjukkan adanya krisis identitas dan ruang sosial bagi remaja perkotaan.
Menurutnya, aksi semacam ini kerap lahir dari dorongan eksistensi dan pencarian pengakuan di ruang digital.

“Ketika ruang-ruang ekspresi positif seperti olahraga, seni, dan komunitas kreatif tidak cukup tersedia, sebagian remaja mencari pengakuan lewat cara ekstrem, termasuk kekerasan simbolik di ruang publik,” ujarnya.

Ia menekankan perlunya kolaborasi antara aparat, sekolah, dan orang tua dalam menciptakan sistem pembinaan yang preventif, bukan semata represif.

Dalam beberapa bulan terakhir, Kepolisian Daerah Jambi telah meningkatkan patroli malam dan operasi gabungan untuk mengantisipasi aksi geng motor dan peredaran senjata tajam di sejumlah wilayah rawan, seperti Alam Barajo, Kotabaru, dan Jambi Timur.

“Kami tidak akan mentolerir aksi-aksi yang mengganggu keamanan warga. Semua bentuk kejahatan jalanan akan kami tindak tegas,” tegas Kombes Pol Boy Sutan Binanga Siregar, Kapolresta Jambi, dalam pernyataan terpisah.

Kepolisian juga berencana memperluas program “Patroli Sekolah Aman” dan “Forum Anak Kota Jambi” untuk memberikan ruang dialog dan pembinaan kepada remaja agar tidak mudah terprovokasi oleh konten kekerasan di media sosial.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa keamanan kota tak hanya bergantung pada aparat, tetapi juga partisipasi sosial masyarakat.
Fenomena geng motor bukan sekadar tindak kriminal, melainkan cerminan persoalan sosial yang perlu dijawab dengan kebijakan dan empati kolektif.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network