Sarolangun – Jalur maut itu kembali menelan korban. Seorang mahasiswa asal Kabupaten Merangin, Saidina Romansyah (23), tewas mengenaskan usai dihantam truk di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum), tepatnya di Desa Tanjung, Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, Jumat pagi (27/6/2025).
Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 10.30 WIB, saat arus kendaraan di Jalinsum sedang padat-padatnya. Saidina yang mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Z bernomor polisi BH 5711 XD disebut hendak menyalip sebuah bus. Namun naas, dari arah berlawanan melaju sebuah truk kuning BD 8574 Y yang dikemudikan Dedi Pradiko (34), warga Bengkulu.
“Korban meninggal di tempat. Truk sudah mencoba banting stir, tapi benturan tidak bisa dihindari,” ujar Kasat Lantas Polres Sarolangun AKP Rio Siregar, Sabtu (28/6/2025).
Kecelakaan bermula saat korban yang merupakan warga Desa Tiaro, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin itu melaju dari arah Sarolangun menuju Merangin. Di depan Saidina, sebuah bus melintas dengan kecepatan sedang. Korban diduga terlalu memaksakan diri untuk menyalip dari sisi kanan.
Dari arah berlawanan, datang truk besar yang dikemudikan Dedi, dengan penumpang bernama Rio Irawan Saputra (26) asal Palembang.
“Korban tidak berhasil menyalip bus secara tuntas. Dia justru bertabrakan langsung dengan truk yang sudah berusaha menghindar,” jelas Rio.
Benturan keras tak terhindarkan. Saidina terpental dan mengalami luka berat di bagian kepala dan dada. Petugas langsung membawa korban ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.
Pihak Satlantas Polres Sarolangun telah mengamankan kedua kendaraan yang terlibat dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk menyusun kronologi detail kecelakaan. Petugas juga memeriksa saksi-saksi di sekitar lokasi.
“Ini murni kecelakaan lalu lintas. Namun kami tetap dalami untuk memastikan tidak ada unsur kelalaian yang lebih fatal,” kata Kasat Lantas Rio.
Jalur Lintas Sumatera, khususnya di wilayah Sarolangun, masih tercatat sebagai titik rawan kecelakaan. Kontur jalan yang lurus panjang, minim pembatas jalur, serta seringnya pengendara memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi menjadi faktor risiko utama.
Warga dan aktivis lalu lintas pun mendesak agar instansi terkait meningkatkan rambu-rambu peringatan dan pembatas kecepatan, serta menambah kamera tilang elektronik (ETLE) di beberapa titik.(*)
Add new comment