Jambi — Satu lagi kasus kekerasan brutal menggemparkan warga Kota Jambi setelah sebuah video berdurasi pendek beredar luas di media sosial pada Rabu (11/6/2025). Dalam video yang diunggah akun Instagram @jambisharing itu, tampak seorang pemuda berlumuran darah di bagian kepala dipapah menuju ranjang rumah sakit oleh dua orang pria.
Peristiwa ini disebut terjadi di kawasan Pulau Pandan, Kota Jambi. Berdasarkan keterangan dalam unggahan tersebut, korban merupakan seorang pria yang awalnya diminta oleh seorang perempuan bernama Adis untuk mengantarnya ke lokasi kejadian.
“Saat tiba di Pulau Pandan, korban diajak naik ke rumah seseorang bernama Lucky. Namun begitu tiba di dalam rumah, korban justru menjadi sasaran pengeroyokan, dibacok, dan dirampok,” tulis akun tersebut.
Kondisi korban terlihat cukup serius. Luka terbuka di bagian kepala memperkuat dugaan bahwa aksi ini bukan sekadar kekerasan spontan, melainkan bisa jadi bagian dari tindak pidana perampokan yang telah direncanakan.
Kepolisian Daerah (Polda) Jambi telah membenarkan adanya laporan korban terkait insiden ini. Hal itu disampaikan langsung oleh Paur Penum Bidang Humas Polda Jambi, Ipda Maulana.
“Benar, sudah ada laporan yang masuk ke Polda Jambi. Saat ini sedang ditangani oleh Direktorat Kriminal Umum (Ditkrimum),” ujar Maulana saat dikonfirmasi pada Rabu sore.
Meski demikian, pihak kepolisian belum memberikan detail lengkap terkait identitas para terduga pelaku, maupun dugaan keterlibatan perempuan bernama Adis dalam insiden tersebut.
“Untuk kronologinya secara lengkap masih dalam proses klarifikasi. Nanti akan kami sampaikan setelah pemeriksaan lanjutan,” tambah Maulana.
Kasus ini menambah daftar panjang kekerasan jalanan yang dipicu oleh modus manipulatif berbasis relasi sosial, terutama yang melibatkan perempuan sebagai perantara. Fenomena ini menuntut perhatian serius, tak hanya dari aparat keamanan, tetapi juga dari elemen masyarakat.
Pengamat kriminologi menyebutkan bahwa strategi jebakan seperti ini—di mana korban dibujuk ke lokasi sepi atau rumah tertutup—telah menjadi pola umum dalam kejahatan urban akhir-akhir ini.
“Jika terbukti ada unsur perencanaan dan penggunaan orang ketiga untuk menjebak korban, ini masuk dalam kategori perampokan terorganisir,” ujar seorang dosen hukum pidana Universitas Jambi saat diminta komentar (nama dirahasiakan).
Masyarakat kini menantikan langkah cepat dan tegas dari Polda Jambi dalam mengungkap pelaku serta motif kejahatan ini. Desakan publik menguat agar kasus ini tidak berhenti di permukaan, mengingat berpotensi melibatkan jaringan pelaku kekerasan lebih luas.
Pihak kepolisian diminta untuk menyelidiki keterlibatan semua pihak, termasuk kemungkinan adanya pelaku yang saat ini masih bebas.(*)
Add new comment