MUAROJAMBI – Sebuah gurauan ringan berubah menjadi tragedi mengerikan di Desa Suko Awin Jaya, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi. Supra Luzi Wijaya (38), diduga tersinggung oleh gurauan temannya, Muhammad Naim (46), hingga tega menembaknya menggunakan senapan kecepek.
Insiden ini terjadi pada 5 November 2024 sekitar pukul 10.00 WIB. Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka serius di bagian perut dan harus mendapatkan 17 jahitan setelah menjalani operasi di RSUD Ahmad Ripin Sengeti.
Menurut keterangan Kasi Humas Polres Muaro Jambi, AKP Saaludin, kejadian bermula ketika korban bergurau dengan pelaku.
“Korban mengatakan, ‘Gara-gara kamu, Pak Supra, rokok pun tidak kebeli lagi saya.’ Gurauan itu rupanya membuat pelaku tersinggung,” ujar AKP Saaludin.
Merasa tak terima, Supra mulai mengikuti Naim. Saat ditanya alasan dirinya mengikuti, pelaku hanya menjawab singkat, “Tunggu di kolam.”
Tanpa curiga, korban menuju kolam yang dimaksud. Tak lama, Supra muncul sambil membawa senapan kecepek, menuduh Naim telah mempermalukannya, dan langsung menembak perut korban dari jarak sekitar tujuh meter.
Korban yang terluka parah meminta bantuan warga, sementara Supra melarikan diri.
Setelah kejadian, Supra melarikan diri ke Rawas Ilir, Sumatera Selatan, dan bekerja di sebuah perusahaan perkebunan. Polisi berhasil menangkapnya pada 16 Januari 2025, setelah buron selama lebih dari dua bulan.
“Dengan bantuan Polsek Rawas Ilir dan Polsek Singkut, pelaku diamankan tanpa perlawanan dari mess karyawan tempat ia bekerja,” kata AKP Saaludin.
Pelaku kini mendekam di tahanan Polres Muaro Jambi dan dijerat dengan Pasal 351 ayat 2 KUHPidana tentang penganiayaan berat, dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Muhammad Naim kini masih dalam pemulihan setelah kehilangan banyak darah akibat luka tembak di perutnya. Meski telah selamat, ia mengaku trauma dengan insiden tersebut dan masih sering merasakan nyeri di area luka.
Polisi mengingatkan masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola emosi dan tidak mengambil tindakan ekstrem yang merugikan orang lain maupun diri sendiri.
“Hal sekecil apa pun, jika tidak dikelola dengan baik, bisa berujung pada tindakan kriminal. Kami harap masyarakat dapat lebih memilih cara-cara damai dalam menyelesaikan konflik,” pungkas AKP Saaludin.
Kasus ini menjadi pengingat penting akan dampak buruk dari tindakan impulsif yang didorong oleh emosi sesaat. (*)
Add new comment