Keheningan di gudang ekspedisi CV Aman Makmur Lestari, Jalan Lingkar Selatan, Kota Jambi, mendadak pecah. Seorang penjaga malam, Anwar Kelana (59), menemukan tubuh kaku Zulharika (45), seorang pria yang tengah melamar pekerjaan sebagai sopir. Tak ada gerak, tak ada respons, hanya sunyi yang mendalam di pos keamanan tempat Zulharika terakhir terlihat hidup.
Sosok Zulharika, yang dikenal sebagai pria sederhana dari Kabupaten Kerinci, datang ke gudang sejak Sabtu (14/12/2024). Harapannya satu: mendapatkan pekerjaan sebagai sopir. Namun, roda nasib rupanya berhenti berputar lebih awal.
Hari Minggu (15/12/2024), Zulharika kembali ke gudang setelah sempat diberitahu bahwa kendaraan yang akan ia bawa masih rusak. Ia membersihkan kendaraan itu dengan seksama, mungkin tanda dedikasi seorang calon pekerja yang ingin memberikan kesan baik. Malamnya, sekitar pukul 19.00 WIB, ia sempat membeli makanan bersama saksi mata terakhir, Anwar, sebelum memutuskan untuk beristirahat di pos keamanan.
Namun, ada yang janggal. Sekitar pukul 03.00 dini hari, Anwar mendengar Zulharika seperti mengigau, tubuhnya bergerak tak biasa, seolah sedang kejang. Tapi Anwar tak berpikir jauh. Mungkin hanya mimpi buruk, pikirnya saat itu.
Pukul 05.30 WIB, Anwar mendekati Zulharika untuk membangunkannya. Tapi apa yang ia temukan justru membuatnya terguncang. "Dia sudah tidak merespons," ujar Anwar dengan suara bergetar.
Polisi segera datang ke lokasi. Unit Identifikasi Satreskrim Polresta Jambi tiba pukul 09.00 WIB, memasang garis polisi di sekitar pos keamanan yang kini menjadi saksi bisu tragedi. IPTU Rudi, Kanit Reskrim Polsek Jambi Selatan, memastikan tak ada tanda kekerasan yang mencolok di tubuh Zulharika.
Namun, penyebab pasti kematian tetap menjadi teka-teki. Korban, yang dilaporkan berada dalam kondisi sehat sebelumnya, kini terbujur kaku tanpa petunjuk medis yang jelas.
“Kami memeriksa sejumlah saksi, termasuk penjaga malam, pemilik gudang, dan Ketua RT setempat,” ujar IPTU Rudi. Jenazah Zulharika dibawa ke rumah duka di Kerinci pada pukul 10.40 WIB. Namun, keluarga korban menolak autopsi. “Mereka memilih untuk menerima ini sebagai takdir,” tambahnya.
Zulharika bukanlah siapa-siapa bagi banyak orang. Hanya seorang pria yang berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, akhir hidupnya yang tiba-tiba menyisakan pertanyaan: apa yang sebenarnya terjadi di pos keamanan itu?
Bagi keluarga di Kerinci, kepergiannya membawa duka yang mendalam. Tanpa autopsi, misteri ini mungkin tak akan pernah terjawab. Tapi bagi Anwar, Andi, dan mereka yang menyaksikan harapan Zulharika di hari-hari terakhirnya, cerita ini akan tetap hidup sebagai pengingat akan rapuhnya kehidupan.(*)
Add new comment