EMPAT LAWANG – Desa Taba Kebon, Kecamatan Saling, Sumatera Selatan, berubah menjadi pusat ketegangan pada Minggu (8/12/2024). Seorang bocah 4 tahun berinisial MK disandera oleh pria bernama Jeffry Ade Putra asal Jambi, dalam sebuah drama yang berlangsung selama dua jam. Dengan senjata tajam jenis pisau menempel di leher korban, penyelamatan bocah malang itu menjadi perjuangan berat bagi orang tua korban dan pihak kepolisian.
Insiden bermula sekitar pukul 09.00 WIB saat Jeffry mendatangi pondok kebun tempat MK berada bersama orang tuanya, Ari Tri Sutowo dan Dewi Permata (22). Saat itu, kedua orang tua MK sedang menyadap karet.
Jeffry, yang mengaku tidak memiliki uang, meminta agar diantarkan ke Palembang. Namun, permintaannya tidak diindahkan oleh orang tua MK.
Dalam kondisi frustrasi, Jeffry mengambil tindakan nekat. Ia menggendong MK, membawanya ke dalam pondok, dan menodongkan golok ke leher bocah itu. Tangisan dan teriakan MK memecah suasana, membuat orang tuanya segera kembali ke pondok.
“Dia bilang ingin pulang, tapi tak punya uang atau harta lain,” ujar Ari, ayah MK.
Ketegangan semakin memuncak saat Jeffry meminta orang tua MK menyediakan mobil untuk membawanya ke Palembang. Sementara itu, Dewi Permata, ibu korban, segera mencari bantuan dari warga sekitar dan melapor ke polisi.
Polisi tiba di lokasi dan langsung berupaya bernegosiasi dengan pelaku. Namun, selama dua jam, Jeffry menolak menyerahkan korban, bahkan terus melakukan ancaman dengan pisaunya.
“Kami melakukan negosiasi selama dua jam, tetapi pelaku tidak mengindahkan permintaan kami,” ungkap Kanit Reskrim Polsek Tebing Tinggi, Ipda Thomson.
Situasi semakin sulit ketika pelaku memberikan perlawanan. Saat polisi mencoba menangkapnya, Jeffry tetap mengayunkan pisau, membuat proses penyelamatan menjadi sangat berisiko.
Ketika pelaku mulai lengah, polisi akhirnya mengambil tindakan tegas sesuai SOP. Dalam momen kritis tersebut, Jeffry berhasil dilumpuhkan dengan senjata api. Korban, MK, akhirnya diselamatkan dalam kondisi selamat tanpa cedera serius.
Namun, emosi warga yang menyaksikan kejadian itu memuncak. Pelaku nyaris menjadi sasaran amuk massa sebelum polisi mengamankan situasi.
Hingga kini, motif penyanderaan tersebut masih menjadi tanda tanya. Pelaku, yang terluka akibat tindakan pelumpuhan, saat ini menjalani perawatan di rumah sakit.
“Untuk motif belum bisa ditanyakan mengingat tersangka masih dirawat,” kata Ipda Thomson.
Drama penyelamatan ini menjadi pengingat akan dedikasi dan keberanian aparat keamanan dalam menghadapi situasi yang berisiko tinggi. Dua jam yang menegangkan akhirnya berbuah hasil: seorang bocah 4 tahun kini kembali ke pelukan keluarganya, meskipun trauma insiden ini akan membutuhkan waktu untuk pulih.
Bagi masyarakat Desa Taba Kebon, insiden ini meninggalkan pelajaran penting tentang pentingnya kewaspadaan dan solidaritas dalam menghadapi situasi darurat.(*)
Add new comment