Tragedi di Pasar Megang Sakti: Kisah Pilu Akhir Hidup Seorang Santri

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Kriminal
IST

Malam itu, langit di atas Kelurahan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas, tampak gelap dan sepi, tanpa tanda-tanda bahwa sebuah tragedi akan segera menggetarkan hati banyak orang. Di sudut Pasar Megang Sakti, sebuah kejadian yang tak terduga ditemukan oleh dua pedagang yang sedang menjalankan rutinitas malam mereka. Eriktio dan Wahyu, yang datang mengantarkan cabe ke salah satu lapak pedagang, mendapati pemandangan yang akan selalu membekas di ingatan mereka.

Saat lampu mobil Cary Futura mereka menyorot tenda di salah satu lapak pasar, keduanya terpaku melihat sosok seorang anak laki-laki yang tergantung. Di tengah kegelapan malam, bayangan bocah itu bergoyang pelan di bawah cahaya lampu mobil. Wahyu langsung menghubungi pemilik lapak, Fatmawati, yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang.

Kapolsek Megang Sakti, AKP Hendri, bersama timnya segera tiba di lokasi setelah mendapat laporan dari masyarakat. Di sana, mereka menemukan seorang santri berinisial GD, bocah berusia 13 tahun, yang tewas tergantung di salah satu lapak pasar. "Benar, kami menemukan seorang anak laki-laki dalam kondisi tergantung di tenda pasar. Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban," jelas Kapolsek dengan nada berat.

GD, seorang pelajar kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTS) di wilayah Kecamatan Megang Sakti, dikenal sebagai anak yang tenang dan pendiam. Tidak ada yang menyangka, malam itu, ia memilih jalan yang tragis untuk mengakhiri hidupnya. Di sekitar tubuh korban, polisi menemukan beberapa barang yang ditinggalkan GD: sebuah peci almamater sekolah, selembar kertas yang belum diketahui isinya, dan uang tunai sebesar Rp15 ribu. Ada juga barang-barang kecil seperti bungkus rokok, korek api, makanan popcorn, serta kain sarung hijau yang terlipat rapi di dekatnya.

Penemuan ini memunculkan tanda tanya besar bagi banyak orang, namun bagi keluarga korban, kesedihan dan kepiluan sudah cukup untuk membuat mereka menolak otopsi. Mereka menerima kematian GD sebagai takdir yang telah ditentukan, dan membawa jenazahnya ke Desa Muara Megang untuk dimakamkan sesuai dengan syariat Islam.

"Keluarga menolak otopsi, dan kami menghormati keputusan mereka," kata Kapolsek. "Jenazah langsung dibawa pulang ke rumah duka dan dimakamkan."

Di tengah kegelapan malam yang sunyi, jenazah GD dikembalikan ke tanah, diiringi air mata keluarga dan teman-temannya. Sementara itu, pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi tetap menggantung di udara, sama seperti sosok bocah malang itu yang ditemukan tergantung di pasar yang sepi.

Kisah tragis ini mengguncang warga Megang Sakti, dan menjadi pengingat bahwa di balik ketenangan seorang anak, mungkin ada gejolak yang tak terlihat, hingga terlambat untuk disadari.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network