Warga Sarolangun Meninggal di Tanah Rantau, Jenazah Terbengkalai Karena Tak Ada Biaya

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Kriminal
IST

Bujang Meninggal di Tanah Rantau, Jenazah Terbengkalai Karena Tak Ada Biaya


Di lorong-lorong sunyi Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, seorang pria bernama Dedi Sugianto, yang akrab dipanggil Bujang, berjuang sendirian melawan maut. Setelah koma selama 23 hari akibat luka parah di kepala yang diduga akibat penganiayaan, Bujang akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu, 18 September 2024, pukul 09.00 WIB. Namun, kisah tragis Bujang tak berhenti di sana. Lebih dari sekadar kehilangan nyawa, keluarganya kini dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa mereka tak mampu membawa pulang jenazahnya ke kampung halaman di Sarolangun, Jambi, karena keterbatasan biaya.

Bujang, seorang pria berusia 35 tahun dari Kelurahan Suka Sari, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, pergi merantau ke Jakarta Timur atas ajakan seorang teman bernama Anto, yang juga warga RT 11 Kelurahan Suka Sari. Namun, tak lama setelah tiba di Jakarta, kabar tentang Bujang terputus. Keluarga di Sarolangun pun tak pernah menyangka bahwa perjalanan yang dimulai dengan harapan mencari rezeki, akan berakhir dengan tragedi yang memilukan.

Kabar tentang kondisi Bujang pertama kali sampai ke pihak keluarga melalui media sosial. Warga yang prihatin dengan nasib Bujang membagikan informasi tentang seorang pria asal Sarolangun yang dirawat di ICU Rumah Sakit Persahabatan tanpa ada keluarga yang mendampinginya. Identitas Bujang terungkap melalui KTP yang ia bawa. Namun, Anto, orang yang membawa Bujang ke Jakarta, kini tak diketahui keberadaannya.

Egoni Solihin, seorang aktivis yang turut mendampingi keluarga Bujang, menyampaikan kesedihannya saat berbicara tentang kondisi tragis ini. "Bujang ini dianiaya dengan kondisi mengenaskan dan langsung koma sampai meninggal dunia. Salah satu bagian kepalanya pecah atau belah mungkin dipukul pakai benda tumpul, dan koma 23 hari lalu hari ini meninggal dunia," kata Egon.

Namun, kesedihan keluarga Bujang belum berakhir. Biaya pengobatan dan administrasi di Rumah Sakit Persahabatan mencapai sekitar Rp 145 juta, jumlah yang mustahil dibayar oleh keluarga Bujang yang merupakan kalangan tidak mampu. Pihak rumah sakit pun menegaskan bahwa jenazah Bujang tidak bisa dibawa pulang sebelum seluruh biaya tersebut dilunasi.

"Karena keterbatasan biaya, pihak keluarga tidak mampu mengurus biaya pengobatan, biaya administrasi untuk mengeluarkan Bujang. Biaya sudah mencapai lebih kurang 145 juta," ujar Egon dengan nada putus asa.

Keluarga Bujang kini hanya bisa berharap kepada pemerintah Kabupaten Sarolangun dan para dermawan untuk membantu meringankan beban mereka, sehingga jenazah Bujang dapat segera dipulangkan ke kampung halaman untuk dimakamkan dengan layak. "Kami minta wajib Pemerintah Kabupaten Sarolangun untuk mengurus biaya warga Sarolangun yang terbangkalai di Jakarta Timur ini," pinta Egon dengan harapan besar.

Kisah Bujang adalah cermin dari ketidakpastian hidup para perantau yang mencari rezeki di kota besar, jauh dari kampung halaman. Ketika nasib buruk menimpa, tak hanya nyawa yang terancam, tetapi juga kehormatan dan hak dasar sebagai manusia untuk dimakamkan dengan layak. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan, beban tak hanya berupa kesedihan, tetapi juga keterbatasan ekonomi yang membuat mereka tak mampu menjalankan kewajiban terakhir untuk orang yang mereka cintai.

Tragedi ini menggugah kita semua untuk melihat lebih dekat pada nasib mereka yang berjuang di tengah kerasnya kehidupan, dan bagaimana kita sebagai masyarakat, serta pemerintah, harus hadir untuk meringankan beban mereka di saat-saat paling genting. Bagi Bujang, mungkin dunia ini telah berlalu, tetapi bagi keluarganya, perjuangan untuk memberinya penghormatan terakhir masih terus berlanjut.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network