Senja mulai meredup di ufuk barat ketika WD, pemuda berusia 25 tahun, memilih pergi ke kebun sawitnya, seperti hari-hari biasanya. Namun, ada yang berbeda pada hari itu. Matahari terbenam di balik pepohonan sawit, namun WD tak kunjung pulang. Suara angin yang berdesir di antara daun sawit seolah membawa pesan kelam, sesuatu yang akan mengubah kehidupan di Dusun Karya Bakti selamanya.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul enam sore, kecemasan mulai merayap di hati keluarga WD. Biasanya, dia sudah pulang dari kebun pada waktu itu. Sang kakak, bersama beberapa kerabat, memutuskan untuk menjemputnya di kebun sawit, sebuah perjalanan yang hanya berjarak satu kilometer dari rumah. Namun, setibanya mereka di sana, apa yang mereka temukan adalah pemandangan yang menghantui.
Di teras pondok kebun sawitnya sendiri, WD tergantung. Tubuhnya tak lagi bergerak, dingin, dan kaku, seolah diam dalam pelukan sunyi malam yang semakin larut. Teras pondok, tempat ia biasa melepas lelah setelah seharian bekerja, kini menjadi saksi bisu dari keputusan terakhirnya. Tak ada tanda-tanda kekerasan, namun misteri tetap menggantung di udara. Mengapa WD memilih jalan ini?
Kabar kematian WD segera menyebar, dan tak butuh waktu lama bagi pihak kepolisian untuk turun tangan. Iptu Robinson Manulang, Kapolsek Tebo Tengah, mengonfirmasi berita tragis tersebut. Sebuah penyelidikan dimulai, namun jawaban tetap samar. WD adalah pemuda yang dikenal baik oleh tetangganya. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia tengah berada dalam masalah. Lalu, apa yang membawanya pada keputusan nekat itu?
Sementara itu, di RSUD STS Tebo, jenazah WD diperiksa lebih lanjut. Namun, bagi keluarga dan orang-orang yang mengenalnya, pertanyaan terus berputar di kepala mereka. Apakah ini benar-benar keputusannya sendiri, atau ada sesuatu yang lebih dalam yang tak terlihat?
Lurah Tebing Tinggi, H. Haviz, pun tak bisa menahan rasa duka ketika mendengar kabar tersebut. WD adalah bagian dari komunitas mereka, seorang anak muda yang tumbuh di antara mereka. “Dia warga yang baik,” katanya, suaranya penuh kesedihan.
Kini, di Dusun Karya Bakti, orang-orang masih bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di kebun sawit itu. Mengapa WD mengakhiri hidupnya di tempat yang ia rawat dengan tangannya sendiri? Misteri kematian WD menggantung seperti bayang-bayang di bawah pepohonan sawit, menunggu jawaban yang mungkin tak pernah datang.(*)
Add new comment