Malam itu di Kabupaten Sarolangun, langit yang gelap terasa semakin kelam bagi seorang pelajar berusia 16 tahun yang hanya dikenal dengan inisial DD. Di usianya yang seharusnya penuh dengan harapan dan mimpi, DD justru terjebak dalam dunia yang gelap dan berbahaya—dunia narkoba. Takdirnya berubah ketika petugas dari Satuan Reserse Narkoba Polres Sarolangun menyergapnya pada malam 5 September 2024.
Di sebuah sudut yang sepi, tidak jauh dari rumahnya, DD duduk dengan gelisah. Malam itu, ia tidak sedang mengerjakan tugas sekolah atau bermain dengan teman-temannya. Sebaliknya, ia menunggu seseorang yang hendak membeli sabu, barang haram yang dibawanya dalam lima klip plastik bening. Beratnya hanya 1,26 gram, namun dampaknya jauh lebih besar daripada yang bisa dibayangkan oleh seorang remaja seusianya.
AKP Suhendri, Kasat Narkoba Polres Sarolangun, mengungkapkan bahwa penangkapan DD bukanlah kebetulan. Polisi sudah mendapatkan informasi sebelumnya dan malam itu, mereka berhasil menyita barang bukti dari tangan DD—lima klip plastik bening berisi sabu dan satu unit handphone android merek Relmi C11. "Pelaku merupakan seorang pelajar. Dia kedapatan membawa narkoba jenis sabu seberat 1,26 gram," ujar AKP Suhendri dalam konferensi pers yang diadakan pada Rabu, 11 September 2024.
Bagi DD, malam itu seharusnya hanyalah malam biasa, namun semua berubah ketika petugas kepolisian datang. Ia tidak bisa lagi mengelak, tidak bisa lagi sembunyi di balik topeng kepolosan seorang pelajar. Kehidupannya yang selama ini mungkin terlihat normal di mata teman-teman dan keluarganya, kini hancur seketika.
Dalam pengakuannya kepada polisi, DD mengakui bahwa ia sengaja berada di simpang dekat rumahnya pada tengah malam itu. Ia menunggu seorang konsumen yang akan membeli sabu tersebut. Mungkin dalam benaknya, ini adalah cara cepat untuk mendapatkan uang. Namun, apa yang mungkin tidak disadari oleh DD adalah harga yang harus dibayarnya jauh lebih mahal daripada sekadar uang. Ini adalah harga yang bisa menghancurkan masa depan dan mencoreng nama baik keluarganya.
Penangkapan DD menjadi bagian dari upaya Polres Sarolangun dalam memberantas peredaran narkoba di kalangan remaja, sebuah masalah yang semakin mengkhawatirkan. Bagi AKP Suhendri dan timnya, ini bukan hanya soal menegakkan hukum, tetapi juga soal menyelamatkan generasi muda dari jurang kehancuran.
Namun, bagi DD, setiap detik yang ia habiskan di tahanan polisi mungkin terasa seperti sebuah mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan akan menjadi kenyataan. Ia adalah bukti nyata bahwa godaan dunia gelap bisa menjebak siapa saja, bahkan seorang remaja yang seharusnya masih menikmati masa-masa indah sekolah.
Kisah DD adalah peringatan bagi kita semua, terutama bagi para orang tua, guru, dan masyarakat, bahwa perhatian dan bimbingan sangat diperlukan untuk menjaga generasi muda dari bahaya narkoba. Di balik setiap senyum seorang remaja, mungkin ada tekanan dan godaan yang mereka hadapi sendirian. Dan tanpa bimbingan yang tepat, mereka bisa dengan mudah tergelincir ke jalan yang salah.
Di tengah kegelapan malam itu, DD mungkin menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan yang sangat besar. Namun, waktu tidak bisa diputar kembali, dan yang tersisa hanyalah penyesalan dan harapan bahwa masa depannya masih bisa diselamatkan, meski jalan yang harus ia tempuh akan penuh dengan tantangan dan konsekuensi.
Malam di Sarolangun berlanjut seperti biasa, namun di sebuah sel tahanan, seorang pelajar muda menghadapi kenyataan pahit dari keputusan yang ia buat. Dan bagi kita semua, kisah DD menjadi cermin yang mengingatkan betapa rapuhnya masa muda, dan betapa pentingnya untuk selalu berada di sisi mereka, membantu mereka melewati masa-masa sulit agar tidak terjebak dalam gelapnya jalan yang salah.(*)
Add new comment