Di bawah langit yang gelap, KP, seorang pria berusia muda, berjalan dengan hati-hati. Ia tahu bahwa langkah-langkahnya malam ini akan menentukan nasibnya. Di tangannya, terselip sebuah paket kecil berisi barang haram yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama lima bulan terakhir—sabu.
Di dunia yang suram dan penuh tipu muslihat, KP bukanlah orang baru. Ia telah terjebak dalam jaringan yang tak mudah dimengerti oleh orang luar. Sebuah jaringan yang menghubungkannya tidak hanya dengan dunia luar, tetapi juga dengan orang-orang yang seharusnya terkunci di balik jeruji besi.
Sementara KP berusaha menyelesaikan misinya, tim dari Satres Narkoba Polres Tebo, yang dipimpin oleh Iptu Jeki Noviardi, sudah mengintai. Mereka tahu gerak-gerik KP, mereka tahu langkah-langkah yang ia ambil. Ini bukan pertama kalinya mereka berurusan dengan dunia gelap yang melibatkan narkoba, dan mereka telah siap untuk menangkap KP dalam aksi yang menentukan.
Ketika KP akhirnya tiba di lokasi yang telah ditentukan, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia menyadari bahwa sesuatu tidak berjalan seperti yang diharapkan. Namun, sebelum ia bisa melakukan apa-apa, sirine terdengar, memecah kesunyian malam. Panik, KP mencoba membuang barang bukti yang ia bawa—7 paket sabu sedang dan 3 paket sabu kecil. Tetapi, polisi sudah siap. Mereka menemukan barang bukti itu dengan cepat, dan malam yang dimulai dengan misi rahasia berakhir dengan penangkapan yang tidak terelakkan.
Di kantor polisi, KP duduk dengan wajah yang penuh penyesalan. Barang bukti telah diamankan: sabu seberat 37,25 gram, sebuah dompet, satu unit HP Oppo A54, dan uang tunai sebesar Rp397 ribu. Dengan tangan terborgol, KP akhirnya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa permainan ini telah berakhir. "Yang bersangkutan ini merupakan bandar untuk wilayah Tebo, namun jaringan antar kabupaten masih di Provinsi Jambi. Keterangan bersangkutan, sudah bermain lebih kurang selama 5 bulan," ungkap Iptu Jeki Noviardi dalam konferensi pers yang diadakan pada Selasa, 10 September 2024.
Namun, kisah KP tidak berakhir di situ. Di balik tindakannya yang nekat, ada bayang-bayang yang lebih gelap—seseorang yang berada jauh di dalam penjara, tetapi masih memiliki kekuatan untuk mengendalikan dunia di luar. Ketika KP diwawancarai, ia mengakui bahwa sabu yang ia edarkan bukanlah miliknya sendiri. "Dari orang yang di dalam penjara (lapas). Dia mengarahkan kami untuk mengambil barang," kata KP dengan suara rendah, seolah mencoba menyembunyikan ketakutannya.
Melalui komunikasi rahasia yang dilakukan lewat handphone, tahanan itu memberi instruksi kepada KP—menjemput sabu di sebuah tempat tertentu dan menghantarkannya ke tempat lain. Malam penangkapannya, KP sedang dalam perjalanan untuk menghantarkan sabu tersebut ke wilayah Sungai Bengkal, Kecamatan Tebo Ilir. Namun, takdir memutus rencana itu di tengah jalan. KP mengungkapkan bahwa ia tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan sabu yang bisa ia gunakan sendiri. "Enggak pasti (imbalan). Cuma untuk kami pakai," ungkapnya dengan nada yang semakin suram.
Setiap kata yang keluar dari mulut KP menambah kesan bahwa ia hanyalah pion dalam permainan yang lebih besar. Dunia narkoba yang ia masuki tidak hanya merenggut kebebasannya, tetapi juga merusak dirinya perlahan dari dalam. Penangkapan ini bukan hanya tentang seorang bandar narkoba yang tertangkap, tetapi juga tentang betapa dalam dan rumitnya jaringan yang menghubungkan dunia luar dengan mereka yang seharusnya berada di balik jeruji besi.
Kasus KP membuka mata banyak orang di Tebo akan bahaya laten yang mengintai di balik ketidakpastian. Jaringan narkoba ini tidak hanya merusak masyarakat di luar, tetapi juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh para tahanan di dalam penjara yang masih bisa mengendalikan dunia luar melalui kaki tangan mereka.
Bagi KP, malam-malam di penjara akan menjadi waktu untuk merenungi setiap langkah yang telah ia ambil. Hidup yang mungkin pernah ia anggap penuh peluang kini terjerat dalam bayang-bayang gelap yang ia pilih untuk diikuti. Masa depan yang seharusnya cerah kini tergantikan dengan ketidakpastian, dengan ancaman hukuman yang berat menunggu di pengadilan.
Namun, cerita ini belum berakhir. Para petugas polisi di Tebo tahu bahwa tugas mereka belum selesai. Penangkapan KP hanyalah langkah awal dalam perang yang lebih besar melawan narkoba. Mereka akan terus mengejar, membongkar jaringan, dan memastikan bahwa tidak ada lagi yang bisa menjalankan bisnis gelap ini dengan mudah, baik di luar maupun di dalam penjara.(*)
Add new comment