AGAM – Jumlah korban meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terus bertambah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam mencatat 173 orang meninggal dunia, sementara 85 orang lainnya masih hilang hingga Jumat (5/12) pukul 20.00 WIB.
“Ini data korban terbaru pada Jumat malam,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Agam, Rahmat Lasmono, Sabtu (6/12), dikutip dari Antara.
Menurut Rahmat, pencarian korban hilang masih terus dilakukan di empat kecamatan terdampak. Tim gabungan yang dikerahkan antara lain BPBD Agam, Basarnas, TNI, Polri, hingga relawan dari berbagai daerah. Proses pencarian berjalan sangat berat karena banyaknya material longsor dan kondisi medan yang ekstrem.
“Pencarian korban juga menggunakan alat berat untuk membuang material tanah dan pohon,” jelasnya.
Dampak bencana hidrometeorologi ini juga membuat 10.910 warga terpaksa mengungsi. Mereka tersebar di delapan kecamatan, menempati rumah keluarga, masjid, gedung pertemuan, dan lokasi pengungsian yang disiapkan pemerintah daerah.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, Pemkab Agam telah mendirikan 26 dapur umum. Dapur ini menyediakan makanan siap saji yang dibagikan setiap hari.
“Setidaknya ada 26 dapur umum yang memenuhi kebutuhan para pengungsi,” kata Rahmat.
Selain itu, 19 warga lain masih dirawat akibat luka serius yang dialami saat bencana terjadi.
BPBD Agam juga melaporkan 31.523 warga berada dalam kondisi terisolasi. Mereka tidak dapat keluar dari kawasan tempat tinggal karena akses jalan terputus, tertimbun material longsor, atau rusak akibat banjir bandang.
“Pemkab Agam sedang berusaha membuka jalan dengan alat berat. Kita berharap akses bisa segera terbuka agar pendistribusian logistik kembali lancar,” ujar Rahmat.
Upaya tersebut menjadi prioritas karena banyak desa yang berstatus terisolasi belum menerima bantuan logistik secara optimal.
Tim penyelamat kembali melanjutkan operasi pencarian sejak Sabtu pagi. Fokus pencarian berada di wilayah yang terdampak paling parah, termasuk daerah-daerah dengan tumpukan material longsor yang sangat tebal.
Cuaca yang kerap berubah menjadi salah satu tantangan, begitu pula dengan kondisi tanah yang labil. Namun tim gabungan memastikan pencarian terus dilakukan tanpa henti.(*)
Add new comment