Kekeringan Melanda Seribu Hektare Lahan Sawah di Muaro Jambi, 12 Hektare Gagal Panen

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Daerah
Ilustrasi Jambi Satu

Kekeringan melanda seribu hektare lahan sawah di Muaro Jambi, dengan 12 hektare di antaranya gagal panen. Petani mengalami kerugian besar akibat kekeringan ini, sementara upaya pemompaan air terus dilakukan untuk mengatasi kekurangan air di lahan tadah hujan. Simak langkah-langkah yang diambil Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam menangani krisis ini.


Muaro Jambi - Kekeringan yang melanda Kabupaten Muaro Jambi telah memberikan dampak signifikan terhadap sektor pertanian, khususnya lahan sawah. Data terbaru menunjukkan bahwa seribu hektare lahan sawah di wilayah ini mengalami kekeringan parah, dengan 12 hektare di antaranya mengalami gagal panen.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Kabupaten Muaro Jambi, Paruhuman Lubis, mengungkapkan bahwa kekeringan ini telah menyebar luas di beberapa kecamatan di wilayah Muaro Jambi. Kondisi ini telah menyebabkan kerugian besar bagi para petani yang bergantung pada hasil panen padi sebagai sumber penghidupan utama mereka.

"Kami mencatat ada seribu hektare lahan sawah yang terdampak kekeringan, dan 12 hektare di antaranya sudah dinyatakan gagal panen," ujar Paruhuman Lubis dalam keterangannya. "Kekeringan ini sangat merugikan petani karena tanaman padi mereka kering sebelum sempat dipanen."

Menurut Lubis, wilayah yang paling parah terdampak meliputi enam kecamatan, yakni Kumpeh Ulu, Kumpeh, Taman Rajo, Maro Sebo, Jambi Luar Kota (Jaluko), dan Kecamatan Sekernan. Di daerah-daerah ini, para petani menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan lahan sawah mereka dari kerusakan lebih lanjut.

Upaya untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi. Salah satu langkah yang diambil adalah melakukan pemompaan air ke lahan-lahan sawah yang mengalami kekeringan. Namun, Lubis mengakui bahwa upaya ini tidak mudah karena keterbatasan sumber air yang tersedia.

"Lahan sawah di wilayah kami sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, sehingga ketika musim kemarau datang, ketersediaan air menjadi sangat terbatas," jelas Lubis. "Kami berusaha mengatasi ini dengan melakukan pemompaan air dari sumber terdekat, tetapi tentu saja ini bukan solusi jangka panjang."

Kekeringan ini tidak hanya berdampak pada hasil panen tahun ini, tetapi juga mempengaruhi kondisi ekonomi para petani di Muaro Jambi. Gagal panen berarti hilangnya pendapatan bagi banyak keluarga yang bergantung pada hasil pertanian. Dampaknya bisa dirasakan hingga beberapa bulan ke depan, terutama jika kondisi cuaca tidak membaik.

Paruhuman Lubis menekankan bahwa pihaknya terus berupaya mencari solusi jangka panjang untuk masalah kekeringan ini. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah pembangunan infrastruktur irigasi yang lebih baik untuk mendukung lahan-lahan sawah di Muaro Jambi, terutama di daerah yang rentan terhadap kekeringan.

"Kami berharap ada dukungan dari pemerintah pusat untuk membantu mengatasi masalah ini. Infrastruktur irigasi yang memadai sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan di wilayah kami," kata Lubis.

Kekeringan yang terus berlanjut ini menjadi pengingat akan pentingnya perencanaan yang matang dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin tidak menentu. Bagi para petani di Muaro Jambi, tantangan ini bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang menjaga harapan mereka untuk masa depan yang lebih baik.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network