Dari Telanaipura hingga Jambi Selatan, dari Danau Sipin sampai Kota Baru, proyek demi proyek jalan lingkungan (jaling) di Kota Jambi bermunculan. Wajah kota segera berubah lewat perbaikan infrastruktur jalan. Pelaksanaan proyek Jaling ini bukan lewat tender terbuka, melainkan pengadaan langsung. Sifatnya kecil, tersebar, tapi nilainya fantastis.
Komisi III DPRD Kota Jambi mengajak warga ikut mengawasi pelaksanaan proyek ini. Melalui ketuanya, Umar Faruk, dewan mengajak warga turun langsung mengawasi setiap titik proyek jaling yang tengah berjalan.
“Ini uang rakyat. Kita tidak bisa hanya andalkan pengawasan dari dewan atau inspektorat. Masyarakat harus ikut awasi pekerjaan di lapangan. Kalau ada yang janggal, segera laporkan,” kata Umar Faruk kepada Jambi Satu.
Seperti diketahui, lebih dari 80 titik proyek jaling saat ini tengah berjalan di 11 kecamatan. Semua dilakukan melalui pengadaan langsung, dengan nilai bervariasi dari Rp50 juta hingga hampir Rp200 juta per proyek.
Dari data menunjukkan bahwa beberapa proyek berada tepat di bawah batas maksimal pengadaan langsung. Lalu harga negosiasi sangat dekat dengan HPS (selisih Rp50–200 ribuan). Kemudian terlihat nama-nama rekanan yang sama bermunculan di banyak kecamatan.
Umar Faruk menjelaskan Dinas PUPR Kota Jambi telah beberapa kali dipanggil oleh DPRD untuk memberikan klarifikasi terkait proyek-proyek tersebut.
“PUPR sering kito panggil kareno merupakan mitra kito. Semua persoalan kito bahas samo-samo. Tapi pengawasan tak cukup hanya dari atas, butuh juga suara dari bawah,” ujarnya.
Faruk menegaskan dukungan masyarakat penting agar kualitas proyek tak asal-asalan, dan penggunaan dana APBD benar-benar berdampak langsung ke warga. Komisi III DPRD membuka pintu bagi warga untuk melapor jika menemukan pekerjaan proyek tidak sesuai spek, Asal jadi dan cepat rusak, tidak ada papan proyek atau dokumen kontrak yang terbuka.
“Silakan foto atau rekam, kirim ke kami atau ke media. Kita ingin pembangunan yang berkualitas, bukan asal serap anggaran,” tegas Faruk.
Citra pembangunan tidak hanya dibentuk dari foto-foto seremonial, tetapi dari kualitas jalan-jalan kecil yang bisa diukur warga dengan langkah kaki.(*)
M Arif Safwan
Add new comment