"Ibo Ati”, Tontawi Digergaji

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Politik
Ilustrasi Jambi Satu

Karir Tontawi Jauhari di Partai Golkar digergaji. Operasi politik mendepak Tontawi dari komandan partai, berlangsung hanya beberapa hari menjelang pendaftaran Pilkada serentak 2024. Asbab berebut rekomendasi beringin.


Hari itu, 16 Agustus 2024, sehari menjelang peringatan detik-detik proklamasi. Tontawi Jauhari duduk di sudut ruangan kantor DPRD Sarolangun. Ia sedang sibuk menyambut hari kemerdekaan RI ke 79. Sebagai ketua DPRD, tamu tak henti-hentinya menghampiri.

Kebahagiaan menyambut HUT RI tiba-tiba ambyar kala sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponsel androidnya. Si pengirim adalah Adidaya, seorang tokoh muda Golkar, orang kepercayaan Ketua DPD Golkar Provinsi Jambi, Cek Endra.

“Pesan itu berisi surat penunjukan PLT Ketua Golkar Sarolangun atas nama Endria,” cerita Tontawi ke tim Jambi Satu.

Berulang-ulang ia baca surat dalam format pdf itu. Barangkali surat itu salah. Atau hanya candaan. Tontawi lalu memastikan ke Adidaya dan mendapat penjelasan bahwa ia memang betul dipecat.

Tontawi menghela nafas panjang. Hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk. Matanya menatap kosong ke dinding yang hampa. Pikirannya berkecamuk, berputar-putar di antara rasa tak percaya dan kekecewaan yang dalam. 
Seumur hidupnya, ia tak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang. Dipecat. Bukan oleh lawan, tapi oleh seseorang yang selama ini ia anggap mentor, bahkan abang sendiri. Pahitnya tak terkira.

“Astagfirullah….Saya benar-benar kaget. Tak menyangka,” ujar Tontawi, sedih.

Selama di Golkar, sudah belasan tahun ia seiring sejalan bersama Cek Endra. Tontawi mengaku menjadi pendukung setia Cek Endra, selama dua periode pemerintahannya. Susah senang, pahit getir dilalui bersama. Sebagai Ketua DPRD, Tontawi berada di garda terdepan membela Bupati Cek Endra. Ia tak ubahnya seperti perisai hidup, yang menangkis serangan lewat kursi legislatif.

“Makanya saya tak habis pikir mengapa ini bisa terjadi,” ujar Tontawi.

Berita pemecatan itu, datang tiba-tiba. Seperti petir di siang bolong. Hanya dalam hitungan detik, seluruh karier politiknya yang selama ini ia bangun dengan susah payah seakan hancur berkeping-keping. 

Tontawi tahu, ini bukan sekadar keputusan biasa. Ini adalah langkah taktik, strategi yang penuh dengan intrik. Ia tahu, semua ini berkaitan dengan perebutan rekomendasi Golkar untuk Pilkada Sarolangun 2024.

“Saya yakin ini kaitannya dengan perebutan rekomendasi Golkar. Kalau alasan pemecatan saya itu, cuma dibuat-buat saja,”katanya.

Sejak awal, Tontawi sudah mengutarakan niatnya untuk berlaga di Pilkada. Ia ingin membesarkan Golkar, dengan mengikuti jejak mentornya, menjadi Bupati Sarolangun. Sebagai Ketua Partai sekaligus Bupati, tentu ikhtiar membesarkan partai relatif lebih mudah.

Semasa jadi ketua Golkar Sarolangun, ia telah bekerja keras, mengabdi, dan berjuang demi partai. Bahkan, ia sudah mendapatkan restu dari internal partai, termasuk dari Cek Endra, tokoh yang selama ini ia kagumi.

 “Pakai Golkar,” kata Cek Endra berulang kali, seolah meyakinkan Tontawi bahwa jalannya sudah benar. 

“Sudah tak terhitung berapa kali pak Cek menegaskan agar saya pakai Golkar. Saya takjub dengan beliau, meski anaknya juga maju, ia tetap mendahulukan kepentingan partai,” cerita Tontawi.

Namun, kenyataan ternyata tak seindah harapannya.

“Lain di mulut lain di hati,” kata Tontawi.

Kata-kata Cek Endra yang dulu penuh keyakinan kini terasa hampa. Seperti janji-janji kosong yang dilontarkan tanpa niat untuk ditepati. Ia tak menyangka, sosok yang selama ini ia hormati malah berbalik mengkhianatinya. Memotong karier politiknya dengan cara yang begitu… 

“Kejam,” kata Tontawi.

“Ibo ati sayo. Dipecat di tengah jalan ini membuat keluarga saya ikut sakit. Seakan-akan saya ini melakukan kesalahan besar,”ujar Tontawi.

Syukurlah….

Tontawi masih punya istri, anak dan keluarga serta teman yang terus mensupportnya. Ia tak boleh larut dalam kesedihan. Ia mesti bangkit. 

Di tengah keheningan yang mencekam, Tontawi memutuskan untuk tidak menyerah. Ia tahu, perjuangannya belum berakhir. Dengan segala kekuatan yang tersisa, ia melaporkan Cek Endra ke mahkamah partai.

Sebuah keputusan yang berat. Tapi, ia terpaksa melakukannya. Agar keadilan ditegakkan. Agar kezaliman sirna.

Melalui mahkamah partai, Tontawi bukan hendak menjatuhkan Cek Endra. Tapi, ia hanya ingin keadilan berpihak padanya. Dan ia haqqulyakin, Ketum Golkar yang baru, abangda Bahlil, akan melihat dirinya sebagai sosok yang layak membawa bendera beringin dalam pertarungan Pilkada nanti.

“Saya percaya, kebenaran akan selalu menang. Dan saya percaya, hukum karma ada dalam hidup ini,” ujar Tontawi, berusaha tetap tegar.

Di tengah kegelapan yang mengelilinginya, Tontawi tahu satu hal pasti: ia tidak akan mundur. Tekadnya sudah bulat, dan meskipun jalan di depannya tampak penuh duri, ia akan terus maju. 

Karena baginya, politik bukan sekadar soal kekuasaan, tapi soal prinsip dan harga diri. Dan Tontawi Jauhari, dengan segala luka dan kekecewaannya, akan terus berdiri tegak, memperjuangkan apa yang ia yakini benar.

“Allah SWT tidak tidur….” tutup Tontawi.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network