Oleh : Fahmi Rasid
Dosen UM. JAMBI
Di suatu sudut Kabupaten Bungo, kisah kecil yang sarat makna tumbuh dari rumah sederhana. Dulu, rumah itu beratap bocor, berdinding lapuk, dan berlantai tanah. Setiap kali hujan datang, penghuni rumah harus menampung air dengan ember dan berjaga agar ular tidak masuk dari celah lantai. Namun kini, suasana itu telah berubah total. Rumah yang dulu nyaris roboh kini berdiri kokoh, bersih, dan nyaman untuk dihuni. Di wajah pemiliknya, tersungging senyum syukur yang tulus.
“Kemarin rumah kami tidak layak huni, banyak bocor, kadang-kadang ular masuk. Sekarang alhamdulillah, rumah kami sudah baik. Terima kasih, Pak Gubernur.”
Kalimat sederhana ini bukan sekadar ucapan terima kasih. Ia adalah ungkapan haru dan doa dari hati rakyat kecil kepada pemimpinnya kepada sosok yang benar-benar hadir memberi arti, bukan hanya janji.
Transformasi rumah sederhana itu adalah hasil dari program bedah rumah Pemerintah Provinsi Jambi yang digagas oleh Gubernur Dr. H. Al Haris, S.Sos., M.H., melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Jambi sebagai leading sector pelaksana. Program ini menggunakan dana APBD Provinsi Jambi, dan pada momentum bersejarah Hari Ulang Tahun Kabupaten Bungo, sebanyak 40 unit rumah tidak layak huni telah disulap menjadi hunian yang bermartabat.
Langkah ini bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tetapi juga wujud nyata dari komitmen pemerintah provinsi untuk menegakkan keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan di seluruh wilayah Jambi. Di tengah kemajuan zaman, Al Haris memahami bahwa membangun daerah tidak hanya berarti membangun jalan dan jembatan, tetapi juga membangun rumah-rumah rakyat sebagai simbol kesejahteraan dan harga diri manusia.
Program bedah rumah ini menjadi bukti bahwa APBD Jambi hadir langsung di tengah masyarakat. Ia bukan sekadar angka dalam dokumen anggaran, melainkan napas kesejahteraan yang mengalir sampai ke kampung-kampung terpencil. Dengan mengarahkan Dinas PUPR Provinsi Jambi sebagai pelaksana utama, program ini memastikan setiap rumah yang dibangun memenuhi standar kelayakan: atap kuat, lantai bersih, ventilasi cukup, dan lingkungan yang sehat.
Lebih dari itu, setiap pembangunan rumah melibatkan pekerja lokal dan tukang setempat, sehingga manfaat ekonomi juga turut dirasakan masyarakat sekitar. Roda UMKM bahan bangunan pun bergerak, dan gotong royong kembali menjadi bagian dari napas kehidupan sosial desa. Inilah wajah pembangunan inklusif yang menjadi ciri khas kepemimpinan Al Haris — sederhana, merangkul, dan berorientasi pada manusia.
Gubernur Al Haris menyadari bahwa rumah bukan hanya tempat berteduh, melainkan ruang tumbuhnya harapan. Ia sering menyampaikan bahwa setiap warga Jambi berhak tinggal di rumah yang layak, tidak bocor, tidak berlantaikan tanah, dan tidak membuat penghuninya cemas setiap kali hujan turun.
Karena itu, program ini bukan sekadar proyek, tetapi gerakan kemanusiaan yang mengangkat martabat rakyat kecil.
“Pembangunan fisik memang penting,” kata Al Haris dalam satu kesempatan, “tapi yang lebih penting adalah membangun kehidupan dan memberi rasa aman bagi masyarakat.”
Dan itu kini terbukti — dari wajah-wajah bahagia warga Bungo yang menerima kunci rumah mereka dengan mata berkaca-kaca.
Dalam konteks pembangunan daerah, langkah ini selaras dengan arah kebijakan RPJMD Provinsi Jambi Tahun 2025–2029, di mana pembangunan berbasis kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi menjadi fokus utama. Al Haris ingin agar pembangunan di Jambi tidak hanya tumbuh di pusat kota, tetapi merata sampai ke pelosok desa.
Kabupaten Bungo menjadi salah satu contoh nyata bagaimana program sosial yang dibiayai APBD mampu menjangkau langsung kebutuhan dasar masyarakat.
Momentum HUT Kabupaten Bungo pun menjadi waktu yang tepat untuk menghadirkan kebahagiaan nyata. Pemerintah Provinsi Jambi tidak datang membawa seremoni, tetapi membawa solusi. Tidak datang dengan janji, tetapi dengan hasil yang bisa disentuh. Rumah yang dulu bocor kini menjadi tempat yang teduh tempat di mana anak-anak bisa belajar, orang tua bisa beristirahat, dan keluarga bisa berdoa dengan tenang.
Bagi sebagian orang, mungkin 40 rumah hanyalah angka kecil. Namun bagi 40 keluarga penerima manfaat, itu adalah keajaiban hidup yang mengubah segalanya. Mereka yang dulu merasa terpinggirkan kini kembali memiliki harapan. Mereka yang dulu hidup dalam kecemasan kini hidup dengan rasa syukur. Dan yang lebih penting, mereka kini merasakan tangan pemerintah menyentuh kehidupan mereka secara nyata.
Kisah di Bungo ini menjadi refleksi bahwa pembangunan sejati bukan hanya tentang beton dan besi, tetapi tentang hati dan empati. Bahwa kesejahteraan tidak selalu diukur dari gedung tinggi atau jalan lebar, melainkan dari rumah-rumah kecil yang kini kembali menyala dengan cahaya kebahagiaan.
Kehadiran Al Haris di tengah masyarakat bukan sebagai pejabat yang jauh, tetapi sebagai pemimpin yang hadir, mendengar, dan bekerja. Ia membuktikan bahwa kepemimpinan sejati tidak harus gemerlap, cukup dengan ketulusan dan kehadiran nyata di tengah rakyatnya.
Kini, setiap malam di rumah-rumah baru itu, cahaya lampu bersinar lembut, memantul di dinding yang dulu retak. Anak-anak belajar tanpa takut, orang tua tersenyum tenang, dan doa-doa mengalir di antara lantai yang kini bersih dan kuat.
Di dinding rumah-rumah itu, seolah terukir pesan sederhana namun dalam:
“Pemerintah yang peduli akan selalu dikenang. Pemimpin yang bekerja dengan hati akan selalu didoakan.”
Dan dari hati masyarakat Bungo, dari ruang-ruang rumah yang kini layak dan indah, doa itu terus bergema:
“Terima kasih, Pak Gubernur Al Haris. Semoga setiap langkahmu diberkahi Allah SWT, dan semoga Jambi terus maju membangun bukan hanya fisik, tetapi juga kemanusiaa" 🙏🙏
Add new comment