MAULID Rasulullah SAW di Negeri Jambi : Merawat Akhlak, Memperkuat Syiar, dan Menyatukan Langkah Menuju Jambi Agamis 2029

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Opini
IST

Oleh : Fahmi Rasid

Setiap kali bulan Rabiul Awal menjelang, hati umat Islam tersentuh kembali oleh peristiwa agung yang mengubah wajah peradaban dunia. Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bukanlah hanya peristiwa sejarah semata, melainkan titik mula sebuah cahaya yang menerangi umat manusia menuju jalan yang lurus, berakhlak, dan penuh kasih sayang. Di tanah Jambi yang dikenal religius dan bersahaja, gema cinta kepada Rasulullah bukan hanya terdengar lewat shalawat dan marhaban, tetapi hidup dalam laku masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, terutama dalam kehidupan sosial dan budaya Melayu yang kaya akan adab dan kearifan lokal.

Kehadiran Nabi Muhammad membawa pesan yang sangat mendasar: bahwa keberhasilan sebuah umat atau negeri bukanlah diukur dari kekuatan fisik semata, tetapi dari kemuliaan akhlak. Rasulullah datang dengan risalah yang menembus batas zaman, mengajarkan bahwa inti dari peradaban Islam adalah adab, akhlak, dan budi pekerti yang luhur. Dalam sabdanya yang masyhur, beliau menegaskan bahwa beliau diutus tak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebuah pesan yang dalam dan sangat relevan untuk kita renungkan hari ini, ketika banyak kemajuan dibangun di atas pondasi yang rapuh karena mengabaikan nilai moral dan spiritual.

Di tengah arus globalisasi yang begitu kuat, masyarakat Jambi kini hidup dalam persimpangan zaman. Satu sisi kita melihat kemajuan infrastruktur, teknologi, dan pertumbuhan ekonomi yang kian pesat, namun di sisi lain kita pun menyaksikan kegelisahan moral yang mulai meresap dalam kehidupan sosial. Generasi muda dihadapkan pada tantangan degradasi nilai, pergeseran budaya, dan godaan dunia digital yang kadang menjauhkan mereka dari nilai-nilai keislaman. Dalam situasi ini, peringatan Maulid Nabi menjadi lebih dari sekadar perayaan tahunan; ia harus menjadi momentum evaluasi kolektif, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat, untuk kembali merenungi teladan Rasulullah sebagai pribadi paripurna.

Menjawab tantangan zaman itu, Pemerintah Provinsi Jambi dengan penuh kesadaran telah menggagas satu arah kebijakan yang membawa semangat keagamaan ke dalam denyut pembangunan daerah. Program yang dikenal dengan sebutan “Pro Jambi Agamis” merupakan wujud dari komitmen pemerintah untuk menanamkan nilai-nilai religiusitas dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Program ini menyasar pendidikan keagamaan, penguatan lembaga Islam, pemberdayaan pesantren, peningkatan literasi Al-Qur’an, dan penghidupan kembali budaya dakwah dan shalawat di tengah masyarakat. Di desa-desa, kota hingga sudut-sudut kelurahan, mulai tumbuh kesadaran bahwa pembangunan spiritual adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan fisik.

Namun, visi besar seperti ini tidak mungkin berjalan sendiri. Ia membutuhkan kekuatan lain yang tak kalah penting, yaitu kekuatan moral yang datang dari para ulama. Ulama sebagai penjaga iman dan pelita umat, memegang peran strategis dalam membimbing masyarakat, menyampaikan dakwah, dan menyebarkan ilmu yang menyejukkan. Maka dari itu, ketika ulama dan umaro—pemerintah dan tokoh agama—bersatu langkah dalam satu visi besar, di situlah keseimbangan antara dunia dan akhirat bisa dirasakan nyata. Pemerintah dengan perangkat dan kekuatannya menjaga sistem, sedangkan ulama dengan keilmuannya menjaga nurani masyarakat. Dalam sejarah Islam, tidak ada pembangunan yang berhasil tanpa sinergi keduanya.

Provinsi Jambi beruntung memiliki kekayaan spiritual yang tidak dimiliki semua daerah. Di sini, budaya Melayu yang lekat dengan nilai-nilai Islam berpadu dengan tradisi dakwah yang tumbuh dari pondok-pondok pesantren, surau, dan majelis taklim. Kegiatan pengajian rutin, zikir bersama, shalawat keliling, hingga khataman Qur’an menjadi tradisi yang masih lestari di banyak wilayah. Bahkan, semangat keagamaan itu tidak hanya hidup di ruang ibadah, tetapi mulai menyentuh ruang-ruang pemerintahan, pendidikan, dan kehidupan sosial. Ini adalah modal besar yang harus terus dijaga dan diperkuat.

Kelahiran Rasulullah SAW diingatkan kepada kita bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tapi untuk membawa cermin agar kita menilai diri hari ini. Apakah rumah tangga kita telah menjadi tempat lahirnya generasi yang cinta kepada Rasul? Apakah para guru telah menjadi penerus jejak kenabian dalam mendidik dengan kasih sayang dan akhlak? Apakah para pemimpin telah menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam amanah, keadilan, dan keberpihakan kepada rakyat? Dan yang lebih penting, apakah masyarakat kita masih menempatkan agama sebagai pemandu kehidupan, bukan hanya pelengkap tradisi?

Dalam masyarakat yang berakhlak, segala sesuatu akan tumbuh dalam keseimbangan. Tidak ada kesenjangan yang melebar, karena setiap individu merasa bertanggung jawab secara moral. Tidak ada kekuasaan yang dzalim, karena pemimpin tahu bahwa kelak mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Tidak ada generasi yang lemah, karena anak-anak dididik dengan ilmu dan akhlak sejak dini. Inilah masyarakat yang dicita-citakan Rasulullah. Dan inilah yang sedang diupayakan di bumi Jambi.

Melalui sinergi yang kuat antara ulama dan umaro, serta dukungan masyarakat yang sadar akan pentingnya nilai agama, Jambi sedang menuju ke arah pembangunan yang bukan hanya maju secara fisik, tetapi juga dewasa secara spiritual. Peringatan Maulid Nabi di Jambi harus menjadi pengingat tahunan bahwa pembangunan yang tidak disertai dengan akhlak hanya akan melahirkan masyarakat yang rapuh. Kita tidak ingin menjadi masyarakat yang kaya harta namun miskin jiwa; yang hebat membangun gedung, namun lupa membangun iman.

Akhirnya, menapak makna kelahiran Rasulullah di negeri ini adalah merawat cahaya kenabian agar terus bersinar dalam langkah kita. Ia hidup dalam peluh para guru mengaji, dalam doa para ibu yang membesarkan anak dengan penuh cinta, dalam kebijakan pemimpin yang bijak, dan dalam semangat muda-mudi yang berjuang menjaga marwah Islam di tengah tantangan zaman. Mari kita kuatkan tekad untuk terus menjaga Jambi sebagai negeri yang beradab, bermartabat, dan agamis. Semoga langkah kecil kita hari ini menjadi bagian dari mozaik besar perjuangan menuju Jambi yang diberkahi, sejahtera lahir dan batin, dalam naungan ridha Allah dan cinta Rasul-Nya.

Referensi:

  1. HR. Ahmad, Malik dan Al-Baihaqi – Hadits Nabi tentang akhlak.
  2. Program “Pro Jambi Agamis”, Pemerintah Provinsi Jambi (Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah - RPJMD 2024–2029).
  3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
  4. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin – tentang hubungan agama dan kekuasaan.
  5. Dokumentasi kegiatan MUI Provinsi Jambi, Forum Ulama-Umaro, 2024–2025.

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network