BLITAR — Bunyi ledakan keras memecah kesunyian malam di Desa Bacem, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Warga terperanjat. Sumber suara ternyata berasal dari rumah salah satu warga, tempat dua remaja, MRAR (16) dan AP (15), tengah bereksperimen meracik petasan buatan sendiri.
Apa yang awalnya hanya diniatkan sebagai "uji coba kecil" berubah menjadi bencana. Bubuk petasan yang diracik secara manual dengan alat seadanya—hanya menggunakan baskom plastik dan centong nasi—menjadi pemantik tragedi dini hari itu.
“Setelah selesai mencampur bubuk petasan, MRAR mencoba membakar sedikit sampel dengan korek api. Namun percikan api justru menyambar bubuk dalam baskom dan langsung meledak,” ungkap Kasi Humas Polres Blitar, Ipda Putut Siswahyudi.
Ledakan itu menyebabkan keduanya mengalami luka bakar cukup serius di beberapa bagian tubuh. Dalam kondisi panik, keluarga dan warga sekitar segera melarikan mereka ke Puskesmas setempat.

Kondisi terakhir, kedua remaja ini masih menjalani perawatan intensif. Meski tak sampai mengancam jiwa, luka yang mereka derita cukup untuk menjadi peringatan keras akan bahaya eksperimen sembarangan, apalagi melibatkan bahan peledak.
Setiap jelang Lebaran atau perayaan besar, kasus petasan rakitan kerap mencuat. Alih-alih membeli produk jadi yang lebih aman, sebagian remaja memilih meracik sendiri dengan alasan lebih menantang atau ekonomis. Namun konsekuensinya kerap berujung bencana.
Di lokasi kejadian, polisi menemukan ratusan selongsong petasan kosong serta sisa bubuk peledak. Seluruh barang bukti langsung diamankan untuk penyelidikan lebih lanjut.
“Kami imbau masyarakat, terutama para orang tua, untuk lebih mengawasi aktivitas anak-anaknya. Jangan biarkan mereka bermain-main dengan bahan peledak, apalagi meracik sendiri tanpa keahlian. Risikonya besar dan sangat membahayakan,” tegas Ipda Putut.
Kasus ini juga memantik pertanyaan seputar pengawasan bahan peledak dan distribusi bahan kimia yang bisa diakses dengan mudah di pasar bebas.
Dua remaja itu mungkin selamat dari maut, tapi luka bakar yang mereka alami menjadi pengingat pahit tentang batas antara eksperimen dan kebodohan.
Karena kadang, satu korek api saja cukup untuk membakar masa depan.(*)
Add new comment