Ujian soliditas PAN merambah ke Pilkada Muaro Jambi. Anggota DPRD Provinsi Jambi dari PAN, Ririn Novianty, mendukung suaminya, Bambang Bayu Suseno (BBS), meski PAN mengusung Masnah Busro. Konflik antara kepentingan pribadi dan partai memanas, menunjukkan PAN tak sepenuhnya solid ke Masnah Busro.
***
Soliditas Partai Amanat Nasional (PAN) kembali diuji. Tak hanya di Pilgub Jambi, kali ini pembelahan juga terjadi dalam ajang Pilkada Muaro Jambi.
Konflik antara kepentingan pribadi dan partai mencuat, ketika salah satu kader penting PAN, Ririn Novianty, yang juga anggota DPRD Provinsi Jambi, secara terbuka mengiringi calon Bupati Bambang Bayu Suseno (BBS) saat mendaftar ke KPUD Muaro Jambi.
Keputusan Ririn mendukung BBS—yang notabene adalah suaminya—meskipun partainya sendiri mengusung Masnah Busro sebagai calon Bupati, menimbulkan berbagai spekulasi dan pertanyaan terkait kesetiaan kader PAN terhadap garis partai.
Sebagai seorang istri, manuver Ririn dapat dipahami sebagai bentuk dukungan keluarga. Namun, dari sudut pandang politik, langkah ini mencerminkan adanya perpecahan dalam dukungan PAN di Pilkada Muaro Jambi.
Situasi ini semakin memperlihatkan bahwa PAN tidak 100 persen menyokong Masnah Busro, berbeda dengan soliditas partai pada pilkada sebelumnya.
Konflik kepentingan antara dukungan keluarga dan kewajiban terhadap partai menjadi dilematis.
Lagkah Ririn ini tidak hanya akan berdampak pada hasil Pilkada Muaro Jambi. Tapi juga mencerminkan potensi konflik internal yang lebih besar di tubuh PAN.
Pengamat: Konflik Internal PAN di Pilkada Muaro Jambi Beri Peluang Bagi Kandidat Baru
Konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Muaro Jambi menjadi sorotan tajam dalam Pilkada tahun ini. Pahrudin, pengamat politik dari PUTIN Jambi, menilai bahwa ketidakmampuan Masnah Busro (Masnah) dan Bambang Bayu Suseno (BBS) untuk berduet dalam kontestasi ini menyebabkan pembelahan dukungan di tubuh PAN yang berdampak negatif pada soliditas partai.
"Pembelahan ini pasti terjadi. Secara struktur, PAN mendukung Masnah, tapi banyak kader yang justru condong mendukung BBS," ujar Pahrudin.
Ia menambahkan bahwa BBS yang juga merupakan kader PAN membuat situasi ini semakin rumit.
“Ini tidak baik, karena soliditas partai terganggu. PAN tidak bisa sepenuhnya mendukung Masnah, dan hal ini bisa berdampak pada migrasi suara,” katanya.
Menurut Pahrudin, ketidakutuhan dukungan ini tak hanya merugikan PAN. Tapi juga membuka peluang besar bagi kandidat baru yang dapat memanfaatkan situasi ini.
“Ketika dua raksasa politik Muaro Jambi, yakni Masnah dan BBS, tidak utuh dalam dukungan mereka, kandidat lain memiliki peluang besar untuk menang," lanjutnya.
Ia menegaskan bahwa para kandidat baru harus pandai membaca dan memanfaatkan konflik di tubuh PAN untuk tampil sebagai pembeda.
"Apalagi, ada kejenuhan di kalangan warga terhadap dominasi Masnah dan BBS. Jika para pendatang baru mampu mengelola ini dengan baik, mereka bisa menjadi kekuatan baru dalam Pilkada Muaro Jambi," tambah Pahrudin.
Pahrudin juga mengingatkan bahwa kandidat baru harus cerdas dalam menavigasi situasi ini.
“Kandidat ketiga harus muncul dengan visi yang berbeda dan mampu menarik suara dari mereka yang merasa jenuh dengan status quo," katanya.
Dengan situasi yang berkembang ini, Pilkada Muaro Jambi semakin menarik untuk diikuti. Pertarungan politik tak lagi hanya antara dua kekuatan besar, tetapi juga memberikan ruang bagi pendatang baru untuk bersinar.
PAN sendiri harus segera menyusun strategi untuk meredam konflik internal ini, jika tak ingin kehilangan dukungan signifikan di akar rumput.(*)
Add new comment