Hari itu, mentari belum sepenuhnya menampakkan dirinya ketika Gunawan Wibisono mendapati dunia runtuh di hadapannya. Anak perempuannya, Eka Marsega, tergeletak tak berdaya di Jalan Lintas Jambi-Bungo. Suara sirene ambulans memecah keheningan, membawa Eka ke RSUD Raden Mattaher, tempat harapan pertama Gunawan tertambat. Namun, perjalanan panjang yang menyiksa baru saja dimulai.
Eka, seorang mahasiswi UIN Sultan Thaha Syaifudin Jambi, hendak menuju lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) saat kecelakaan itu terjadi. Pagi itu, harapan dan cita-citanya terguncang di tengah aspal jalanan. Gunawan, seorang buruh, harus menghadapi kenyataan pahit: putrinya membutuhkan operasi segera untuk mengatasi gumpalan darah di kepalanya.
Di RSUD Raden Mattaher, waktu terasa berjalan lambat. Alat CT scan yang rusak menjadi penghalang pertama.
“Bawa anak Anda ke rumah sakit lain,” kata petugas rumah sakit.
Gunawan terhenyak. Dengan segera, ia mengatur pemindahan Eka ke RS Bhayangkara menggunakan ambulans umum. Detik-detik terasa berharga, dan setiap menit yang berlalu seperti belati yang mengiris hatinya.
Di RS Bhayangkara, kepala Eka akhirnya dapat di-scan. Namun, masalah belum usai. Ruang ICU penuh.
“Cari rumah sakit lain,” petugas menginstruksikan lagi.
Gunawan, dengan hati remuk redam, kembali berjuang. Kali ini, mereka menuju Rumah Sakit dr. Bratanata Jambi (DKT). Lagi-lagi, ruang ICU penuh.
Di tengah putus asa, mereka kembali ke RSUD Raden Mattaher. Alat CT scan sudah digunakan, seharusnya operasi bisa dilakukan di sana. Sekitar pukul 22.00 WIB, Eka disiapkan untuk operasi. Harapan kembali menyala di mata Gunawan. Namun, lagi-lagi kenyataan pahit menghantam. Dr. Rhonaz Putra Agung, Sp.BS, dokter yang menanganinya, mengabarkan bahwa alat operasi di RSUD Raden Mattaher tidak steril.
Gunawan, dengan nada kesal, mempertanyakan.
“Kalau tahu tidak steril alatnya, kenapa tidak diberitahu sejak awal. Kami sudah menunggu dari sore tadi, sekitar pukul 19.00 WIB hingga sekarang. Kini sudah masuk kamar operasi, kok keluar dan pindah lagi. Kami ini sudah dari pagi tadi sejak kecelakaan sudah sangat direpotkan soal pelayanan di RSUD Raden Mattaher,” ungkapnya dengan emosi yang memuncak.
Dr. Rhonaz, meskipun dalam situasi yang sulit, tetap membantu mencari rumah sakit lain. Eka akhirnya diantar ke RS Mitra untuk operasi, sesuai anjuran dokter tersebut. Malam itu, operasi berjalan lancar. Dr. Rhonaz berhasil menangani gumpalan darah di kepala Eka. Namun, pengalaman pahit yang dirasakan Gunawan dan Eka mengungkapkan kekurangan serius dalam pelayanan kesehatan di Jambi, terutama dalam penanganan darurat.
Eka selamat. Namun, perjalanan panjang dan penuh liku yang dilalui keluarga ini menyoroti masalah mendasar dalam sistem kesehatan.
“Kami berharap kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang dan pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan untuk kepentingan masyarakat luas,” harap Gunawan.
Kisah Gunawan dan Eka adalah cerminan dari perjuangan banyak keluarga di Indonesia. Di tengah keterbatasan fasilitas dan pelayanan, harapan mereka tertambat pada perbaikan sistem yang lebih baik. Sistem yang tidak hanya mengandalkan keberuntungan, tetapi juga kepastian dan kualitas. Harapan itu masih menyala, meskipun perjalanan panjang ini telah meninggalkan luka yang mendalam.(*)
Add new comment