Harga Kelapa dan Pinang di Tanjab Timur Anjlok Dua Pekan Terakhir

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Daerah
IST

TANJUNG JABUNG TIMUR – Tekanan ekonomi kembali dirasakan petani di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjab Timur), Jambi. Dua komoditas unggulan daerah ini, kelapa dalam dan pinang, tercatat mengalami penurunan harga cukup signifikan dalam dua pekan terakhir.

Kondisi tersebut kian memperberat beban petani, terutama menjelang akhir tahun ketika harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik, sementara biaya transportasi belum sepenuhnya stabil pascapenyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).

Data di lapangan menunjukkan, harga kelapa dalam yang sebelumnya sempat bertahan di kisaran Rp4.700 per kilogram, kini merosot ke level sekitar Rp4.000 per kilogram. Penurunan ini terjadi secara bertahap namun konsisten dalam dua minggu terakhir.

Nasib serupa juga dialami komoditas pinang. Harga yang sebelumnya berada di kisaran Rp25.000 per kilogram, kini turun menjadi sekitar Rp22.000 per kilogram.

Basri, salah seorang pengepul kelapa dalam di Tanjab Timur, mengatakan penurunan harga tidak terlepas dari melemahnya permintaan ekspor serta berkurangnya aktivitas pengiriman menjelang libur Natal dan Tahun Baru.

“Permintaan kelapa dalam untuk ekspor sedang turun. Begitu juga pinang. Biasanya menjelang akhir tahun pengiriman memang agak tersendat,” kata Basri saat ditemui, Selasa (10/12).

Menurutnya, kondisi pasar saat ini membuat harga menjadi sangat fluktuatif. Bahkan, perubahan harga bisa terjadi lebih dari satu kali dalam sehari.

“Sehari itu harga bisa turun dua sampai tiga kali. Memang cuma ratusan rupiah, tapi kalau dikalikan volume, dampaknya besar bagi petani,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Azri, pengepul kelapa lainnya di Tanjab Timur. Ia menuturkan bahwa penurunan harga kali ini terjadi di saat yang kurang menguntungkan bagi petani, karena bertepatan dengan musim ‘trek’ atau masa berkurangnya produksi buah.

“Buah sedang trek, tapi harga malah turun. Ini yang bikin petani makin terpuruk,” ungkap Azri.

Azri menjelaskan, posisi pengepul pun berada di tengah tekanan pasar. Ketika permintaan dari kota dan pabrik menurun, ruang untuk menahan harga menjadi sangat terbatas.

“Mau tidak mau kami harus ikut harga pasar. Kalau dalam sehari harga turun dua kali, kami juga ikut menyesuaikan,” jelasnya.

Menurut para pelaku usaha di lapangan, penurunan harga kelapa dan pinang menjelang Natal dan Tahun Baru sejatinya bukan fenomena baru. Tren pelemahan harga hampir selalu terjadi di penghujung tahun.

Namun, kondisi ekonomi saat ini dinilai membuat dampaknya jauh lebih terasa. Biaya produksi tetap tinggi, ongkos angkut belum sepenuhnya stabil, sementara pendapatan petani terus tergerus.

“Sekarang ini rasanya lebih berat. Harga kebutuhan pokok naik, tapi hasil kebun justru turun,” kata Azri, yang juga merupakan ayah dua anak.

Para petani dan pengepul berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah maupun pihak terkait agar harga komoditas pertanian tidak jatuh terlalu dalam.

“Kami berharap ada kebijakan atau perhatian supaya harga jangan anjlok terlalu jauh. Pikirkan juga nasib petani. Kami ini hidup dari kebun,” pungkasnya.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network