JAMBI —
Provinsi Jambi mulai mengalami peningkatan suhu udara yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Fenomena ini dirasakan tidak hanya pada siang hari, namun juga berlanjut hingga malam, menciptakan kondisi yang tidak biasa bagi masyarakat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jambi mencatat bahwa suhu maksimum mencapai 34 derajat Celsius, seiring dengan masuknya sebagian besar wilayah Jambi ke awal musim kemarau pada dasarian ketiga Mei 2025.
Kepala BMKG Stasiun Jambi, Ibnu Sulistyono, menjelaskan bahwa peningkatan suhu ini merupakan bagian dari transisi musim, dari musim hujan menuju musim kemarau. “Ini merupakan fenomena umum yang terjadi saat masa peralihan. Puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada bulan Juni hingga Juli 2025,” ujarnya, Rabu (21/5).
Lebih lanjut, Ibnu memaparkan bahwa kondisi cuaca yang kian menyengat disebabkan oleh minimnya tutupan awan, sehingga radiasi sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi. Hal ini diperburuk oleh menurunnya kelembapan udara serta kondisi angin yang relatif tenang, sehingga suhu terasa lebih panas dibanding biasanya.
“Radiasi meningkat, kelembapan turun, dan angin tidak terlalu aktif. Kombinasi ini menyebabkan udara terasa lebih gerah dan menyengat, meskipun secara data suhu masih dalam batas wajar,” jelas Ibnu.
Menanggapi fenomena ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak panik, namun tetap waspada dan mengambil langkah antisipatif dalam menghadapi cuaca ekstrem. Beberapa hal yang disarankan antara lain:
- Menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu lama,
- Mengurangi aktivitas luar ruangan saat siang hari,
- Menjaga asupan cairan tubuh dengan memperbanyak minum air putih,
- Dan menggunakan pelindung diri seperti topi atau tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan.
BMKG juga mengingatkan bahwa kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting, terutama menjelang puncak musim kemarau yang rawan bencana hidrometeorologi kering, seperti kekeringan dan kebakaran hutan/lahan (karhutla).
Ibnu turut mengingatkan pentingnya mulai mengelola dan memanen air sejak dini, serta menerapkan pola penggunaan air yang hemat dan efisien untuk menghadapi potensi kekeringan. “Kami juga mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan sembarangan karena risiko kebakaran sangat tinggi di musim kemarau,” tegasnya.
Sebagai upaya mendukung kesiapsiagaan publik, BMKG terus memperbarui informasi prakiraan cuaca melalui kanal resmi yang dapat diakses oleh masyarakat luas.
“Cuaca terus berubah secara dinamis, namun informasi yang akurat dapat membantu masyarakat untuk lebih siap dalam menghadapi kondisi ekstrem,” tutup Ibnu.(*)
Add new comment