Nelayan Pesisir Tanjabtim Bertaruh Nyawa di Tengah Angin Kencang dan Gelombang Tinggi

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Daerah
IST

TANJABTIM — Langit gelap dan angin kencang menjadi pemandangan sehari-hari bagi masyarakat pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) di penghujung tahun ini. Para nelayan, yang menggantungkan hidup dari hasil laut, kini harus memilih: bertahan di rumah dengan penghasilan nihil atau melawan ombak demi dapur yang tetap berasap.

Musim angin kencang yang biasa terjadi dari akhir tahun hingga Februari, menurut Yanto, seorang nelayan dari Kecamatan Kuala Jambi, bukanlah hal baru. Namun, gelombang tinggi yang menyertainya selalu menjadi ancaman besar.

"Kalau mendekati akhir tahun, angin kencang disertai hujan sering terjadi. Gelombang tinggi tidak setiap hari, tapi kalau cuaca terlihat buruk, kami lebih baik tidak melaut," ujar Yanto.

Sebagian nelayan memilih berdiam diri, tetapi tak sedikit yang nekat melaut. Bagi mereka, risiko besar harus dihadapi demi penghidupan keluarga. Namun, Yanto mengingatkan bahwa taruhannya adalah nyawa.

"Kalau dipaksakan melaut saat cuaca buruk, risiko sangat tinggi. Nyawa jadi taruhannya," ungkapnya.

Selain cuaca ekstrem, musim ini juga berdampak pada hasil tangkapan. Nelayan yang beroperasi di sekitar laut tepi masih bisa memperoleh hasil, meski tidak maksimal. Namun, mereka yang terbiasa menjangkau laut lepas merasakan dampak lebih besar.

"Pendapatan kami memang berkurang di musim seperti ini. Tapi kami sudah terbiasa. Kami hanya bisa berharap cuaca segera membaik," kata Madi, seorang nelayan lainnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan prakiraan cuaca yang memperkuat kekhawatiran para nelayan. Menurut Prakirawati BMKG, Eriska Febriati, mayoritas kota besar di Indonesia, termasuk Jambi, diprakirakan diguyur hujan ringan hingga hujan disertai petir dalam beberapa hari mendatang.

"Semua pihak, terutama yang beraktivitas di laut, diminta mewaspadai potensi cuaca ekstrem ini," ujar Eriska dari Jakarta.

Bagi nelayan Tanjabtim, musim ini adalah ujian tahunan yang harus dihadapi. Gelombang tinggi tidak hanya menghentikan mereka dari melaut, tetapi juga mengurangi pendapatan hingga ke titik kritis.

"Kami berharap cuaca seperti ini tidak berlangsung lama. Kalau terlalu lama, kami tidak bisa melaut, dan itu artinya tidak ada pemasukan," ujar Madi penuh harap.

Meski demikian, para nelayan tetap menggantungkan asa pada perubahan cuaca. Dengan perahu yang masih terparkir di pesisir, mereka menanti saat di mana ombak kembali bersahabat dan laut memberikan rezekinya. Di tengah badai, nelayan Tanjabtim tetap bertahan, menjaga harapan di antara gelombang tinggi dan angin kencang.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network