KUALA TUNGKAL – Memasuki musim penghujan, kondisi gelombang laut di perairan selatan Kuala Tungkal mulai menunjukkan peningkatan. Para nakhoda kapal kini dihadapkan pada tantangan ganda, yaitu ancaman gelombang tinggi dan berkurangnya muatan barang yang akan diangkut.
Ramli, seorang nakhoda kapal rute Kuala Tungkal menuju Pulau Kijing, mengungkapkan bahwa meskipun ombak saat ini belum terlalu ganas, kewaspadaan tetap diperlukan.
"Kalau sekarang ombak belum terlalu ganas, tetapi kita tetap harus waspada," ujar Ramli, Kamis (12/12/2024).
Namun, menurutnya, tantangan yang lebih berat justru datang dari sepinya permintaan muatan, yang membuat frekuensi pelayaran menjadi tidak menentu. Ia mengungkapkan bahwa saat ini hanya dapat berlayar satu hingga dua kali dalam seminggu, jauh menurun dibandingkan biasanya yang mencapai dua hingga empat kali.
"Sekarang jauh sekali menyusutnya. Biasanya seminggu bisa dua sampai empat kali berangkat, sekarang paling kencang itu satu atau dua kali saja," jelas Ramli.
Ramli menilai bahwa faktor ekonomi sudah tidak menjadi persoalan utama, mengingat hasil pertanian dan perkebunan masyarakat perlahan mulai membaik. Namun, menurutnya, rendahnya minat masyarakat untuk berbelanja menjadi salah satu penyebab sepinya muatan.
"Yang jelas minat masyarakat untuk berbelanja itu berkurang, atau mereka sengaja menahan belanja menunggu momen akhir tahun atau jelang lebaran nanti," tandasnya.
Musim penghujan yang berlangsung dari November hingga Februari membawa ancaman gelombang tinggi, yang menjadi perhatian utama para nakhoda kapal di perairan Kuala Tungkal. Kondisi ini menuntut para pelaut untuk meningkatkan kewaspadaan demi keselamatan perjalanan.
Dengan tantangan yang ada, baik cuaca maupun ekonomi, diharapkan para pelaut dapat terus bertahan menghadapi masa sulit ini sembari menunggu perbaikan kondisi yang lebih baik di masa mendatang.(*)
Add new comment