Perjuangan Berdarah di Tanah Jambi: Dari Jalur Lada hingga Pertempuran Terakhir Sultan Thaha

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Berita
Ilustrasi Jambi Satu

Meresapi semangat juang masyarakat Jambi melawan penjajah Belanda. Dari jalur perdagangan lada hingga perjuangan epik Sultan Thaha Syaifuddingan masyarakat Jambi melawan kolonialisme Belanda. Dari perdagangan lada hingga perlawanan bersenjata Sultan Thaha Syaifuddin, simak detail sejarah yang membentuk identitas Jambi.

***

Awal Mula Kolonialisme di Jambi

Bayangkan Jambi di awal abad ke-17, ketika lembah-lembahnya dipenuhi dengan aroma lada yang menyengat. Pedagang Minangkabau berlayar menyusuri Sungai Batanghari, membawa lada yang menjadi komoditas emas saat itu. Namun, ketenangan ini segera berubah menjadi kegelisahan ketika kapal-kapal dagang VOC mulai menampakkan diri di cakrawala​ (UNDIP E-Journal)​ (Duke University Press).

Pada tahun 1615, dua kapal Belanda yang megah, Wapen Van Amsterdam dan Middelburg, tiba di Jambi, dipimpin oleh Abraham Sterck. Mereka datang bukan hanya untuk berdagang, tetapi untuk menancapkan pengaruh kolonial yang akan mengubah wajah Jambi selamanya. Di bawah tekanan diplomasi dan daya tarik keuntungan perdagangan, VOC mendirikan pos dagang pertama di Jambi pada bulan September tahun yang sama. Pos dagang ini segera menjadi benteng dominasi Belanda di tanah yang kaya lada​ (UNJA Conference)​ (UNDIP E-Journal).

Dominasi Ekonomi dan Politik Belanda

Seiring waktu, kekuasaan VOC menyebar seperti racun yang meresap dalam. Perdagangan lada yang dahulu dikuasai oleh masyarakat lokal kini berada di bawah cengkeraman monopoli Belanda. Pedagang Tionghoa yang menjadi perantara penting dalam perdagangan ini, mulai merasakan dampak dari kebijakan ketat VOC. Namun, ketidakpuasan semakin membuncah di antara para petani dan penguasa lokal​ (Duke University Press)​ (UNDIP E-Journal).

VOC tidak hanya mengekang kebebasan perdagangan, tetapi juga berusaha mengendalikan setiap aspek kehidupan politik di Jambi. Setiap perjanjian baru yang dibuat dengan penguasa setempat tidak lain hanyalah tali yang semakin menjerat, melemahkan kedaulatan Jambi sedikit demi sedikit. Sultan Jambi yang lemah terpaksa menerima kondisi yang ditetapkan oleh Belanda, meskipun banyak yang mencoba melawan di balik layar​ (UNJA Conference)​ (UNDIP E-Journal).

Perlawanan Sultan Thaha Syaifuddin

Namun, dari kegelapan penjajahan muncul seorang pemimpin yang berani menentang arus. Sultan Thaha Syaifuddin, dengan tekad baja, menolak tunduk pada tekanan Belanda. Dalam setiap tatapan mata dan setiap perintah yang dikeluarkan, ia menyalakan api perlawanan di hati rakyatnya. Sultan Thaha menolak untuk mengakui perjanjian-perjanjian yang dibuat sebelumnya dan menolak untuk berdamai dengan Belanda​ (UNJA Conference)​ (UNDIP E-Journal).

Di pedalaman Jambi, suara genderang perang terdengar. Sultan Thaha, dengan pasukan yang bersenjatakan tombak dan keris, melancarkan serangan sporadis terhadap pos-pos militer Belanda. Meskipun kalah dalam persenjataan, semangat juang mereka tidak bisa dipadamkan. Mereka berperang dengan keberanian yang menggetarkan, mempertahankan setiap jengkal tanah air dari penjajah yang haus akan kekuasaan​ (UNDIP E-Journal).

Pertempuran Terakhir dan Warisan

Pada tahun 1858, Belanda memutuskan untuk tidak lagi mengakui Sultan Thaha sebagai penguasa Jambi. Ini adalah pernyataan perang yang jelas, dan Sultan Thaha menyambutnya dengan tekad tak tergoyahkan. Ia mundur ke Muara Tembesi, merencanakan taktik dan strategi untuk melanjutkan perlawanan. Namun, Belanda terus memperkuat cengkeramannya, menunjuk penguasa baru yang bersedia bekerjasama​ (UNJA Conference)​ (UNDIP E-Journal).

Pertempuran terakhir Sultan Thaha terjadi pada tahun 1904, di mana ia gugur dalam pertempuran yang heroik. Meski demikian, perjuangannya tidak sia-sia. Nama Sultan Thaha menjadi simbol perlawanan, inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus berjuang demi kemerdekaan​ (Duke University Press)​ (UNDIP E-Journal).

Sejarah perlawanan Jambi melawan kolonialisme Belanda adalah kisah keberanian dan keteguhan hati. Dari jalur perdagangan lada yang ramai hingga pertempuran berdarah di medan perang, rakyat Jambi menunjukkan bahwa semangat mereka tidak bisa dipatahkan. Meskipun akhirnya jatuh di bawah kekuasaan Belanda, semangat perlawanan ini menjadi warisan yang abadi, menginspirasi perjuangan kemerdekaan Indonesia di masa mendatang​ (UNJA Conference)​ (UNDIP E-Journal).

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat merujuk pada sumber berikut:


*Bagi pembaca budiman yang ingin turut berkontribusi dan berpartisipasi dalam merayakan semangat kepahlawanan ini, kami mengundang Anda untuk mengirimkan artikel mengenai pahlawan-pahlawan Jambi atau topik terkait lainnya. Silakan kirimkan tulisan Anda melalui kontak WA: 082378882986 (Admin Jambi Satu).

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network