Jalan TP Sriwijaya Kota Jambi rusak parah dan tergenang air saat hujan, membuat warga Rawasari marah dan merasa diabaikan oleh pemerintah. Video kondisi jalan yang viral di media sosial memicu tuntutan publik agar pemerintah segera bertindak memperbaiki infrastruktur yang telah lama dibiarkan rusak.
Jambi - Jalan TP Sriwijaya, salah satu jalur penghubung vital di Kota Jambi, kini menjadi simbol dari buruknya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur kota. Jalan yang lebih dikenal sebagai "jalan 16" di Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kota Baru, dibiarkan rusak parah selama bertahun-tahun tanpa perbaikan berarti. Bahkan, hujan seakan menjadi “musuh” tambahan yang memperparah kondisi jalan berlubang ini, membuat warga dan pengendara frustrasi.
Di tengah hiruk-pikuk lalu lintas yang tak terhindarkan, video yang memperlihatkan kondisi jalan tersebut menjadi viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat jelas betapa sulitnya warga mencari jalur yang aman untuk dilalui. Ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga soal keamanan yang kian dipertaruhkan setiap kali kendaraan melintas di atas lubang-lubang besar yang menganga.
Sudah terlalu lama menunggu tanpa ada tindakan, warga Rawasari akhirnya menggunakan media sosial sebagai corong untuk menyalurkan kemarahan mereka. Warganet secara lantang menuntut perhatian pemerintah, dan tak sedikit yang merasa terabaikan oleh janji-janji perbaikan infrastruktur yang tak kunjung ditepati.
“Akhirnya ado yg ngespill di Instagram... Makasih yg upload video nya," tulis seorang pengguna Instagram, berterima kasih kepada sesama warganet yang berani membuka mata publik atas kondisi jalan tersebut.
Namun, di balik sarkasme komentar tersebut tersirat kekecewaan mendalam. Warganet lain menimpali dengan nada tajam, “Jalan daerah 16 kecik, lalin nyo rame. Blm lg kl hujan macet.. bs dari serumpun sampe ke lorong pipa tuh." Ini bukan hanya soal kemacetan, tetapi juga bagaimana masyarakat merasakan tekanan ekonomi dan emosional akibat buruknya infrastruktur yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Sementara itu, salah satu komentar yang mencuri perhatian, "Kalo ujan jalan yang begenang tu jadiin kolam ikan be pacak," menunjukkan betapa warga semakin lelah dengan minimnya tindakan konkret dari pihak berwenang. Mereka tidak lagi berharap, tetapi mulai menerima bahwa situasi ini adalah bagian dari keseharian mereka—sebuah realitas yang menyakitkan.
Tidak hanya soal jalan berlubang dan tergenang air, masalah ini mengungkap sebuah pertanyaan yang lebih besar: di mana pemerintah saat warga terus-menerus terjebak dalam ketidakpastian infrastruktur yang memadai? Jalan TP Sriwijaya bukan hanya jalur kecil di pinggiran, melainkan salah satu akses penghubung ke Jalan Lintas Sumatera dan kawasan Mayang, yang menjadi nadi utama lalu lintas di Kota Jambi.
Sayangnya, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda tindakan tegas dari pemerintah kota atau dinas terkait. Warga terus dibiarkan menghadapi jalan rusak yang tak hanya merusak kendaraan, tetapi juga membahayakan nyawa.
Salah seorang warga yang akrab dengan kondisi jalan menyampaikan dengan nada kesal, "Jalan ini sudah lama rusak. Setiap hari saya lewat sini, dan setiap kali hujan, jalan berubah jadi kolam. Sampai kapan kita harus begini? Pemerintah seharusnya lebih peduli."
Viralnya video ini menjadi sinyal keras bagi para pemangku kebijakan untuk segera bertindak. Warga tidak lagi meminta, tetapi menuntut hak mereka sebagai warga negara untuk mendapatkan fasilitas umum yang layak. Jalan TP Sriwijaya hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak infrastruktur yang diabaikan di Kota Jambi.
Jika pemerintah tidak segera bertindak, risiko kecelakaan, kemacetan, dan kerusakan kendaraan akan terus menghantui para pengendara yang melintas di jalan tersebut. Bukan hanya itu, semakin lama permasalahan ini dibiarkan, semakin besar pula jurang ketidakpercayaan antara warga dan pemerintah.
Jalan TP Sriwijaya kini menjadi simbol dari sebuah kota yang diabaikan. Ketika infrastruktur dasar seperti jalan raya tak terurus, warga mempertanyakan ke mana anggaran pembangunan kota sebenarnya dialokasikan. Sudah saatnya pemerintah berhenti memberi janji dan mulai bertindak nyata.(*)
Add new comment