Jakarta – Hampir seluruh wilayah Indonesia kini merasakan cuaca panas yang lebih terik dari biasanya, terutama di Pulau Jawa dan sekitarnya pada akhir Oktober 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi dua faktor utama yang memicu peningkatan suhu ini: aktivitas Siklon Tropis Kong-rey di Samudra Pasifik dan gerak semu Matahari.
Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, menjelaskan bahwa Siklon Tropis Kong-rey, yang saat ini aktif di Samudra Pasifik, berdampak besar pada kondisi cuaca di wilayah Indonesia bagian selatan. “Ketika siklon tropis terbentuk di utara Indonesia, wilayah selatan, seperti Pulau Jawa, akan mengalami kondisi yang lebih panas dengan minimnya potensi hujan,” ungkap Ida pada Rabu (30/10/2024).
Berdasarkan pantauan BMKG pada Selasa (29/10/2024), suhu maksimum harian di beberapa wilayah Indonesia menunjukkan angka yang sangat tinggi. Nusa Tenggara Timur mencatatkan suhu 37,1 derajat Celsius, Surabaya mencapai 36,8 derajat Celsius, dan wilayah lain seperti Majalengka, Semarang, serta Bima mencatat suhu antara 37 hingga 37,8 derajat Celsius.
Dua Faktor Utama Penyebab Cuaca Panas
Menurut BMKG, dua faktor utama menjadi penyebab fenomena cuaca panas ini. Pertama, Siklon Tropis Kong-rey yang menarik massa udara di sekitarnya, termasuk udara lembap yang seharusnya membantu pembentukan awan hujan. Ida menjelaskan, “Wilayah seperti Jawa menjadi lebih kering karena massa udara yang biasanya berperan dalam pembentukan awan hujan tertarik ke arah pusat siklon, sehingga menurunkan kemungkinan hujan dan meningkatkan suhu di permukaan.”
Faktor kedua adalah gerak semu Matahari. Pada bulan Oktober, posisi Matahari secara semu lebih dekat ke wilayah selatan ekuator. Hal ini meningkatkan intensitas radiasi Matahari di wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk Pulau Jawa, sehingga suhu permukaan menjadi lebih tinggi.
BMKG memperkirakan cuaca panas ini akan terus berlanjut selama beberapa waktu ke depan, meskipun Siklon Tropis Kong-rey diprediksi akan menjauhi wilayah Indonesia dan melemah pada awal November 2024. Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur diperkirakan menjadi wilayah yang paling terdampak.
Potensi Hujan yang Akan Menurunkan Suhu
Namun, Ida mengungkapkan kabar baik bahwa cuaca panas ini kemungkinan akan berkurang dalam beberapa waktu ke depan. BMKG melihat adanya potensi aktifnya gelombang ekuator Rossby, serta nilai OLR (outgoing longwave radiation) yang negatif di wilayah Jawa, yang dapat meningkatkan pembentukan awan hujan.
“Dengan meningkatnya peluang hujan dalam beberapa hari ke depan, suhu permukaan juga diperkirakan akan menurun, terutama di wilayah Jawa,” ujar Ida.
Meskipun fenomena ini dirasakan sebagai cuaca panas, BMKG menegaskan bahwa ini bukan gelombang panas atau heat wave. BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca dan mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang cepat terjadi serta menjaga kesehatan di tengah cuaca panas.
Add new comment