Sultan Thaha Syaifudin, Sultan Terakhir Kerajaan Melayu Jambi, Cucu Rang Kayo Hitam

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Berita
Ilustrasi JambiSATU.id

Latar Belakang dan Keluarga

Sultan Thaha Syaifudin adalah salah satu sultan terakhir dari Kesultanan Jambi yang dikenal atas perjuangannya melawan kolonialisme Belanda. Ia lahir sekitar tahun 1816 dan merupakan putra dari Sultan Fachruddin, sultan Jambi yang memerintah pada pertengahan abad ke-19. Sultan Thaha Syaifudin memiliki silsilah keluarga yang kuat dan mulia, dengan garis keturunan yang dapat ditelusuri hingga ke leluhurnya, Rang Kayo Hitam, seorang raja Melayu Islam di Jambi yang sangat dihormati.

Silsilah Keluarga

  1. Rang Kayo Hitam - Merupakan nenek moyang Sultan Thaha Syaifudin yang dikenal sebagai pendiri Kesultanan Jambi. Beliau adalah seorang raja Melayu Islam yang memerintah Jambi pada awal abad ke-17.
  2. Sultan Abdul Rahman - Salah satu keturunan Rang Kayo Hitam yang melanjutkan pemerintahan di Jambi.
  3. Sultan Mahmud - Penerus Sultan Abdul Rahman dan kakek dari Sultan Thaha Syaifudin.
  4. Sultan Fachruddin - Ayah dari Sultan Thaha Syaifudin, yang memerintah sebelum Thaha mengambil alih.

Saat ini, terdapat beberapa klaim keturunan dari Sultan Thaha Syaifudin, di mana beberapa keluarga di Jambi dan sekitarnya mengklaim memiliki garis keturunan langsung dari sang sultan. Hal ini sering kali menjadi perdebatan karena pentingnya status keturunan dalam budaya Melayu Jambi.

Perang Melawan Belanda

Sultan Thaha Syaifudin dikenal karena perlawanan gigihnya terhadap kolonialisme Belanda. Setelah diangkat menjadi Sultan pada tahun 1855, Sultan Thaha mulai merencanakan dan melaksanakan berbagai strategi untuk melawan dominasi Belanda di Jambi. Beberapa peristiwa penting dalam perlawanan Sultan Thaha adalah:

  1. Perang Pertama (1858-1859) - Sultan Thaha berhasil memimpin pasukannya dalam beberapa pertempuran penting melawan pasukan Belanda. Meskipun kekuatan militer Belanda lebih unggul, Sultan Thaha mampu memberikan perlawanan yang signifikan.
  2. Perang Kedua (1885-1904) - Pada periode ini, Sultan Thaha mengintensifkan perjuangannya dengan membentuk aliansi dengan para pejuang dari daerah lain. Meskipun akhirnya harus mundur ke pedalaman hutan, perlawanan Sultan Thaha tetap menjadi simbol penting perlawanan terhadap kolonialisme.

Pengangkatan Menjadi Pahlawan Nasional

Sultan Thaha Syaifudin diakui sebagai pahlawan nasional Indonesia atas jasa-jasanya dalam melawan penjajahan Belanda. Pengangkatan ini diresmikan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 079/TK/1977 tanggal 19 Oktober 1977. Pengakuan ini memberikan penghargaan atas dedikasi dan pengorbanan Sultan Thaha dalam mempertahankan kedaulatan Jambi dan memberikan inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sultan Thaha Syaifudin adalah sosok yang penting dalam sejarah Jambi dan Indonesia. Dengan silsilah keluarga yang mulia dan perlawanan yang gigih terhadap kolonialisme, Sultan Thaha tidak hanya menjadi simbol perlawanan rakyat Jambi tetapi juga merupakan pahlawan nasional yang diakui atas kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Silsilah keluarga dan keturunannya hingga kini tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Melayu Jambi.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network