Kuala Tungkal – Bunda PAUD Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Hj. Fadhilah Sadat, secara resmi membuka kegiatan Gerakan Nasional Raudhatul Athfal Membatik (Gernasratik) se-Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mengusung tema “Melalui Gerakan Nasional RA Membatik, Kita Tumbuhkan Generasi Cinta Budaya Indonesia”. Kegiatan tersebut berlangsung di RA Sa’adatul Adabiyah Parit II, Kecamatan Tungkal Ilir, Kamis (16/10).
Kegiatan yang diikuti seluruh RA se-Kabupaten Tanjung Jabung Barat itu turut dihadiri oleh Kasi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama, Ketua Pokja PAUD, pengawas TK dan RA, kepala RA, para guru, orang tua, serta murid peserta lomba membatik.
Dalam sambutannya, Bunda PAUD Hj. Fadhilah Sadat menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Agama dan Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) yang telah menginisiasi kegiatan Gernasratik sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa. Ia menekankan pentingnya menanamkan kecintaan terhadap batik sejak dini, karena batik merupakan identitas nasional yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda sejak 2 Oktober 2009.
“Melalui kegiatan ini, anak-anak diperkenalkan dengan batik bukan hanya sebagai kain bermotif indah, tetapi juga sebagai simbol budaya, kesabaran, dan kreativitas bangsa. Anak-anak perlu memahami bahwa membatik adalah salah satu cara mencintai Indonesia,” ujar Bunda Fadhilah.
Bunda PAUD juga menyoroti keunikan batik khas Tanjung Jabung Barat yang memiliki motif bernuansa pesisir seperti kerang, pompong, dan kepiting. Menurutnya, memperkenalkan batik lokal sejak dini dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap daerah sendiri sekaligus memperkaya wawasan budaya anak-anak. Ia berharap hasil karya membatik anak-anak RA yang bernilai baik dapat difasilitasi pemerintah daerah sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas mereka.
“Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lain untuk melestarikan budaya lokal,” tambahnya sebelum secara resmi membuka kegiatan Gernasratik se-Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Sementara itu, Kasi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Bambang Setiono, menyebut kegiatan membatik memiliki nilai pendidikan yang tinggi karena dapat mengembangkan kreativitas, melatih motorik halus, serta menumbuhkan rasa percaya diri anak. Ia mencontohkan bahwa pengenalan batik di RA dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti menggambar dengan krayon, membatik menggunakan kertas tisu, hingga menerapkan teknik eko-print dari daun dan bunga di sekitar lingkungan sekolah.
“Anak-anak usia 3–6 tahun merupakan masa emas untuk menanamkan nilai-nilai budaya. Karena itu, kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk menumbuhkan semangat berkarya sekaligus mencintai warisan bangsa,” ujarnya.
Kegiatan Gernasratik tidak hanya menjadi ajang ekspresi diri bagi anak-anak, tetapi juga sarana memperkuat karakter melalui aktivitas kreatif dan edukatif. Melalui gerakan ini, diharapkan lahir generasi yang cerdas, berkarakter, serta memiliki kecintaan dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia, khususnya batik sebagai warisan luhur bangsa.(*)
Add new comment