BATANG HARI – Asap tipis mulai terlihat di beberapa sudut Kabupaten Batang Hari, Jambi. Hingga akhir September 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat 132 hotspot dan 37 fire spot muncul di sejumlah kecamatan. Luas lahan yang sudah terbakar mencapai 70,32 hektar.
“Meski sekarang sudah masuk masa pancaroba, status siaga karhutla tetap diberlakukan sampai Oktober,” ujar Plt Kepala Pelaksana BPBD Batang Hari, Sholihin, Senin (29/9/2025).
Data BPBD menunjukkan, Kecamatan Bajubang menjadi daerah dengan kasus paling tinggi: 47 hotspot dan 6 fire spot, dengan luas kebakaran sekitar 5,75 hektar.
Di Muara Tembesi, tercatat 4 hotspot dan 5 fire spot dengan lahan terbakar seluas 3,46 hektar. Sementara itu, Maro Sebo Ulu melaporkan 26 hotspot, 3 fire spot, dan 7 hektar lahan hangus.
Yang terparah dari sisi luas adalah Kecamatan Muara Bulian. Di wilayah ibu kota kabupaten itu, ditemukan 24 hotspot dan 14 fire spot, dengan kebakaran yang melahap sekitar 45,43 hektar lahan.
Selain itu, beberapa wilayah lain juga terdampak, antara lain:
- Batin XXIV: 16 hotspot, 1 fire spot, 0,36 ha terbakar
- Pemayung: 2 hotspot, 2 fire spot, 4 ha terbakar
- Maro Sebo Ilir: 2 hotspot, 1 fire spot, 0,02 ha terbakar
- Mersam: 11 hotspot, 5 fire spot, 4,3 ha terbakar
Sholihin menegaskan, penyebab utama masih berasal dari aktivitas manusia. Karena itu, pihaknya mengingatkan warga agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.
“Tim Satgas rutin patroli dan melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat. Kami minta partisipasi penuh, jangan sampai ada yang nekat membakar lahan, karena dampaknya bisa sangat luas,” katanya.
Satgas Karhutla Batang Hari melibatkan unsur TNI, Polri, Manggala Agni, Dinas Lingkungan Hidup, hingga masyarakat peduli api (MPA). Menurut Sholihin, sinergi ini krusial untuk mempercepat proses pemadaman dan pencegahan.
“Kami terus berkoordinasi dengan instansi terkait. Prinsipnya, penanganan karhutla tidak bisa dilakukan sendiri. Semua pihak harus bergerak,” tegasnya.
Meski saat ini titik api relatif terkendali, potensi kabut asap tetap menjadi ancaman serius, terutama jika cuaca kering kembali mendominasi. Muara Bulian sebagai pusat pemerintahan juga masuk dalam perhatian utama karena luas kebakarannya paling besar.
“Kalau tidak cepat ditangani, kabut asap bisa mengganggu aktivitas sekolah, penerbangan, hingga kesehatan masyarakat,” ujar seorang warga Muara Bulian yang ikut membantu memadamkan api secara swadaya.
Sholihin menutup dengan seruan moral: “Kami berharap masyarakat lebih waspada dan ikut bertanggung jawab menjaga lingkungan. Pencegahan lebih baik daripada pemadaman. Satu puntung rokok saja bisa memicu bencana besar.”(*)
Add new comment