Jambi – Universitas Jambi (UNJA) kembali menghadirkan gebrakan inovatif di tengah isu lingkungan yang semakin mendesak. Melalui program pengabdian masyarakat bertajuk “Eco Enzyme sebagai Solusi Berkelanjutan untuk Pengelolaan Sampah Organik”, tim dosen Farmasi UNJA berhasil mengubah persoalan klasik sampah organik menjadi peluang usaha yang menjanjikan.
Program ini terlaksana berkat dukungan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat. Mitra utama kegiatan adalah Bank Sampah Dayung Habibah yang dipimpin Leni Haini.
Tim dosen yang dipimpin oleh apt. Yuliawati, M.Farm., bersama Hasnaul Maritsa, S.Si., M.Sc., dan apt. Fathur Sani, S.Farm., melibatkan mahasiswa Farmasi UNJA, Sepriani dan Milda Rahayu, dalam proses pemberdayaan.
Rangkaian kegiatan dimulai pada 30 Juni 2025 di TPS3R Dayung Habibah, dengan edukasi sekaligus praktik membuat eco enzyme dari bahan sederhana: kulit buah dan sisa sayuran. Tahap berikutnya, pada 12 Juli 2025, masyarakat dilatih memanfaatkan hasil fermentasi eco enzyme menjadi berbagai produk:
- Pupuk organik cair
- Pupuk kompos
- Sabun pembersih lantai
- Sabun cuci piring
- Bantalan kompres herbal
Hasilnya, warga tidak hanya memahami cara pengolahan, tetapi juga merasakan potensi ekonominya.
Program ini tak sekadar berhenti pada pelatihan manual. Tim UNJA menghadirkan teknologi sederhana untuk mempercepat produksi:
- Mesin pencacah sampah organik untuk mempercepat penguraian bahan.
- Mesin jahit karung dan mesin pengayak untuk menghasilkan kompos yang lebih rapi dan merata.
- Mesin vakum sealer untuk mengemas bantalan kompres dari ampas eco enzyme agar lebih higienis dan siap dipasarkan.
“Dengan mesin pencacah, sampah seperti daun kering dan sisa sayuran bisa halus dalam hitungan menit. Proses penguraian jadi lebih cepat, hasil kompos lebih merata, dan kualitas produk meningkat,” jelas Yuliawati.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNJA, Prof. Dr. Amirul Mukminin, M.Sc.Ed., Ph.D., mengapresiasi inisiatif ini. Menurutnya, eco enzyme adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat mampu melahirkan inovasi yang berdampak langsung.
“Kita tidak hanya mengedukasi, tapi juga membangun kemandirian lingkungan dan ekonomi. UNJA berkomitmen menjadikan Desa Legok sebagai Desa Laboratorium Terpadu, tempat praktik lintas fakultas,” ujarnya.
Eco enzyme yang awalnya hanya dianggap solusi ramah lingkungan, kini menjelma sebagai peluang usaha baru. Produk turunan seperti pupuk organik dan sabun alami bisa dipasarkan dengan kemasan menarik, sementara bantalan kompres herbal berpotensi masuk ke pasar kesehatan alternatif.
Program ini membuktikan bahwa sampah organik bukan sekadar limbah, melainkan sumber daya. Dengan inovasi sederhana, ia bisa menggerakkan roda ekonomi lokal sekaligus menciptakan budaya baru dalam pengelolaan lingkungan.(*)
Add new comment