JAMBI – Kabar gembira datang untuk petani sawit plasma di Provinsi Jambi. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi menetapkan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit periode 29 Agustus–4 September 2025 naik menjadi Rp 3.639,42 per kilogram untuk usia tanaman 10–20 tahun. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam beberapa periode terakhir.
Kepastian harga itu merupakan hasil rapat tim penetapan harga bersama perusahaan pabrik kelapa sawit (PKS) dan perwakilan petani plasma. Kenaikan dipicu oleh penguatan harga Crude Palm Oil (CPO) yang mencapai Rp 14.324,23 per kilogram serta kernel di angka Rp 13.453,33 per kilogram dengan indeks K sebesar 94,67 persen.
Berdasarkan rilis Dinas Perkebunan Jambi, berikut daftar harga resmi TBS sawit untuk periode ini:
- Umur 3 tahun: Rp 2.827,28/kg
- Umur 4 tahun: Rp 3.022,85/kg
- Umur 5 tahun: Rp 3.171,30/kg
- Umur 6 tahun: Rp 3.302,96/kg
- Umur 7 tahun: Rp 3.386,13/kg
- Umur 8 tahun: Rp 3.459,40/kg
- Umur 9 tahun: Rp 3.526,71/kg
- Umur 10–20 tahun: Rp 3.639,42/kg
- Umur 21–24 tahun: Rp 3.532,70/kg
- Umur 25 tahun: Rp 3.375,72/kg
Harga ini hanya berlaku untuk petani plasma dan PKS mitra resmi, sementara petani mandiri yang menjual lewat tengkulak kerap menerima harga lebih rendah.
Meski harga sawit naik, para petani di sejumlah kabupaten di Jambi justru mengaku belum bisa merasakan dampak penuh. Pasalnya, saat ini tengah berlangsung “musim trek” atau periode turunnya produksi buah sawit.
“Harga memang naik, tapi buah di kebun lagi sedikit. Jadi hasil jualnya tetap belum terasa maksimal,” kata Sutrisno, petani di Kabupaten Batanghari.
Hal senada diungkapkan petani dari Muaro Jambi yang menilai kenaikan harga hanya menguntungkan mereka yang memiliki kebun luas atau hasil panen stabil. “Kalau kebun kecil, dengan buah sedikit, ya tidak terlalu terasa meski harga tinggi,” ujarnya.
Kondisi ini menegaskan tantangan besar sektor sawit Jambi: fluktuasi harga yang sering tidak sejalan dengan produksi di lapangan. Pemerintah daerah terus mendorong program peremajaan sawit rakyat (PSR) agar produksi lebih stabil dalam jangka panjang.
Selain itu, isu tata niaga juga masih menjadi sorotan. Petani mandiri sering kali berada di posisi lemah karena tidak memiliki akses langsung ke PKS, sehingga harga yang mereka terima jauh di bawah harga resmi yang ditetapkan pemerintah.
Dengan kenaikan harga TBS ini, diharapkan petani plasma bisa sedikit lega. Namun pemerintah juga diingatkan agar tetap memperhatikan nasib petani mandiri yang jumlahnya cukup besar di Jambi. Stabilitas harga dan produktivitas akan menjadi kunci agar sawit benar-benar memberi kesejahteraan bagi para pekebun.(*)
Add new comment