Jambi – Selama delapan hari penuh, dari 2 hingga 9 Agustus 2025, tepian Sungai Batanghari di kawasan Putri Pinang Masak Park, Kota Jambi, menjadi pusat perhatian warga. Festival Batanghari 2025, ajang budaya dan pariwisata tahunan kebanggaan Provinsi Jambi, resmi ditutup dengan catatan yang mengesankan: 1.135.000 pengunjung dan Rp 2,7 miliar transaksi ekonomi di area acara.
Catatan itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Imron Rosyadi, saat menyampaikan laporan penutupan. Menurutnya, angka tersebut hanya menghitung perputaran uang di lokasi festival, belum termasuk efek ekonomi lanjutan dari penginapan, transportasi, dan belanja wisatawan di luar arena.
“Perputaran ekonomi Rp 2,7 miliar ini hanya di dalam RTH. Angka di luar itu seperti hotel dan transportasi belum dihitung, dan tentu nilainya lebih besar,” jelasnya.
Festival ini menghadirkan ragam agenda mulai dari parade budaya, pameran kerajinan, bazar kuliner khas Jambi, lomba perahu tradisional, hingga konser musik. Ribuan pelaku UMKM mendapat ruang memasarkan produk, mulai dari tenun, batik, kopi, olahan pinang, hingga makanan khas pesisir Sungai Batanghari.
Gubernur Jambi, Al Haris, menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar hiburan, tetapi momentum menghidupkan kembali interaksi masyarakat dengan Sungai Batanghari.
“Jadikan ini semangat untuk pegiat seni, budayawan, dan anak muda agar mencintai Sungai Batanghari. Sekaligus memberi ruang bagi UMKM untuk tumbuh,” ucapnya saat menutup acara, Minggu malam (9/8).
Al Haris menyampaikan terima kasih kepada seluruh pemerintah kabupaten/kota, komunitas budaya, dan pihak swasta yang terlibat. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor ini adalah kunci sukses penyelenggaraan festival berskala besar.
Tak hanya menutup, Al Haris juga membawa kabar gembira: Jambi Expo akan kembali digelar pada Desember 2025.
“InsyaAllah Desember kita hadirkan lagi Jambi Expo. Semoga niat baik ini mendapat restu,” katanya, disambut tepuk tangan pengunjung.
Bagi para pedagang di sekitar area festival, lonjakan pengunjung berarti peningkatan omzet yang signifikan. Sejumlah pelaku usaha kecil mengaku pendapatan mereka meningkat 3–5 kali lipat dibanding hari biasa.
Sektor transportasi lokal, mulai dari ojek online hingga angkutan umum, juga merasakan dampaknya. Hotel dan penginapan di Kota Jambi dilaporkan mengalami tingkat hunian yang tinggi selama festival berlangsung.
Sejak digelar pertama kali, Festival Batanghari telah menjadi identitas kultural Jambi yang memadukan seni, budaya, dan wisata. Keberhasilannya tahun ini memperkuat posisinya sebagai event unggulan provinsi yang tak hanya mempromosikan destinasi, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat.
Dengan komitmen pemerintah daerah untuk terus mengembangkan agenda ini, diharapkan Festival Batanghari ke depan akan semakin menarik minat wisatawan nusantara maupun mancanegara.(*)
Add new comment