Karhutla Dekati Kawasan Lindung, Tahura Batang Hari Kembali Terbakar

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Daerah
Ist

MUARA BULIAN – Musim kemarau kembali memunculkan ancaman serius bagi kawasan konservasi. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda Taman Hutan Rakyat (Tahura) di Desa Senami, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari, pada Minggu sore (20/7/2025). Api berkobar hingga malam hari dan baru berhasil dipadamkan pada Senin pagi (21/7).

Informasi disampaikan langsung oleh Totok Hernawan, Kepala Daops Manggala Agni Sumatera X/Muara Bulian, yang memimpin proses pemadaman di lapangan.

“Kebakaran terjadi di Kelurahan Sridadi, tepatnya di area konservasi Tahura. Tim langsung turun setelah mendapat laporan masyarakat,” ujar Totok, Senin pagi.

Untuk merespons situasi, satu tim Daops Manggala Agni diterjunkan ke lokasi dengan peralatan semprot manual dan pompa air. Mereka dibantu oleh patroli terpadu dari Desa Mekar serta personel dari PAM HUT.

Kondisi vegetasi yang kering serta semak ilalang yang mudah terbakar membuat proses pemadaman berlangsung ketat hingga larut malam.

“Dari total luasan lahan 3 hektare yang terdampak, hasil pengecekan pascapendinginan menyatakan sekitar 1 hektare benar-benar terbakar, sebagian lainnya berhasil dicegah,” tambah Totok.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi resmi soal penyebab karhutla. Namun, dugaan awal menyebutkan api berasal dari aktivitas pembersihan lahan atau puntung rokok yang dibuang sembarangan.

“Kami sedang koordinasi dengan pihak kepolisian dan perangkat desa untuk menelusuri kronologi pastinya,” tutur Totok.

Dari hasil pantauan, 35 titik panas (hotspot) sempat terdeteksi di wilayah Provinsi Jambi pada hari yang sama, dengan konsentrasi tertinggi berada di Batang Hari dan Tebo.

Kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) adalah zona konservasi dan ruang hijau penting bagi ekosistem Muara Bulian. Insiden ini menambah daftar panjang kebakaran kawasan konservasi yang kerap terjadi setiap musim kemarau.

Pengamat lingkungan dari Jambi Green Watch, Edy Rinaldi, menyebut kebakaran di kawasan Tahura mencerminkan lemahnya pengawasan dan belum efektifnya sistem deteksi dini di daerah konservasi.

“Yang terbakar ini bukan lahan biasa. Ini Tahura — ruang konservasi! Kalau hutan rakyat saja tak bisa dijaga, bagaimana bisa kita bicara restorasi?” kritiknya.

Totok dan tim juga mengimbau masyarakat sekitar agar tidak melakukan pembakaran untuk membuka lahan, dan lebih waspada dalam aktivitas yang berisiko memicu api, seperti membuang puntung rokok di tengah lahan kering.

“Kondisi sekarang sangat kering. Satu percikan bisa membakar hektaran. Jangan ambil risiko,” pungkasnya.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network