JAMBI – Awal Juni 2025 tidak membawa angin segar bagi petani kelapa sawit di Provinsi Jambi. Harga Tandan Buah Segar (TBS) kembali mengalami penurunan, meski tipis, namun cukup menambah beban psikologis bagi petani yang berharap kenaikan menjelang Idul Adha.
Dari hasil rapat penetapan harga di Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, harga TBS untuk periode 6–12 Juni 2025 turun Rp 1,09 per kilogram, menjadi Rp 3.287,72/kg untuk usia tanaman 10–20 tahun.
Turunnya harga ini menjadi alarm ringan bagi pelaku industri dan petani sawit yang selama beberapa bulan terakhir sempat menikmati tren harga yang lebih stabil.
“Turun sedikit saja dampaknya terasa, apalagi bagi petani swadaya yang tak punya akses ke offtaker besar,” ujar Bukhari, petani sawit di Tanjung Jabung Barat.
Daftar Harga TBS Sawit Jambi Periode 6–12 Juni 2025
Berdasarkan usia tanaman:
| Umur Tanaman | Harga TBS (Rp/kg) |
|---|---|
| 3 tahun | 2.556,23 |
| 4 tahun | 2.739,95 |
| 5 tahun | 2.865,19 |
| 6 tahun | 2.984,27 |
| 7 tahun | 3.095,45 |
| 8 tahun | 3.125,45 |
| 9 tahun | 3.206,45 |
| 10–20 tahun | 3.287,72 |
Menurut sumber di lapangan, penurunan ini disebut “tipis tapi menggigit” karena terjadi saat ekspektasi harga sedang tinggi menjelang momen hari besar keagamaan dan turunnya harga BBM nasional.
Beberapa petani bahkan mempertanyakan akurasi perhitungan harga TBS yang kerap hanya mengandalkan satu sisi—yakni data Pabrik Kelapa Sawit (PKS), tanpa pelibatan kontrol publik yang lebih transparan.
“Setiap pekan ditetapkan, tapi prosesnya enggak terbuka. Harusnya harga bisa naik karena ongkos produksi juga turun, apalagi solar subsidi makin mudah,” keluh Saripudin, petani di Batanghari
Di balik fluktuasi harga ini, banyak petani menyoroti lemahnya daya tawar terhadap pabrik. Selain soal harga, ada juga tantangan klasik seperti:
- Ketergantungan pada PKS tunggal di wilayah tertentu
- Kurangnya koperasi mandiri yang bisa jadi agregator harga
- Minimnya dukungan pengembangan hilirisasi di level petani
Kondisi ini membuat mayoritas petani hanya berperan sebagai “penjual mentah” tanpa nilai tambah.
Penurunan harga TBS pada awal Juni ini bisa jadi hanya fluktuasi musiman. Namun, jika dalam dua pekan ke depan tren turun terus berlanjut, maka dikhawatirkan terjadi overstock crude palm oil (CPO) di pabrik lokal.
Indikasi lain juga perlu dicermati: apakah ini sinyal dari tekanan ekspor CPO akibat situasi global, seperti pelemahan permintaan dari India dan China, atau efek kebijakan bioenergi di dalam negeri.(*)
Add new comment