JAMBI – Alih-alih melonjak seperti prediksi lazim pada masa libur panjang, jumlah penumpang di Bandara Sultan Thaha Jambi justru mengalami penurunan signifikan pada akhir pekan Idul Adha 2025.
Data internal bandara menyebutkan, hanya sekitar 2.000 orang per hari yang tercatat pada Jumat dan Sabtu, 6–7 Juni 2025. Angka ini berada di bawah rata-rata normal harian yang berkisar antara 2.000 hingga 2.500 penumpang. Bahkan, pada Kamis sebelumnya, tercatat lonjakan hingga 3.000 penumpang, atau naik 17 persen.
“Untuk Jumat dan Sabtu ini, penumpang malah turun,” kata Ardon Marbun, General Manager Bandara Sultan Thaha saat dikonfirmasi, Sabtu (7/6/2025).
Tak hanya dari sisi jumlah penumpang, pergerakan pesawat juga mengalami penyusutan dari rata-rata 16 penerbangan per hari menjadi 12 penerbangan, baik keberangkatan maupun kedatangan.
Menurut Ardon, penurunan jumlah penumpang saat hari H libur panjang ini bisa disebabkan oleh pola perjalanan yang bergeser. Banyak warga memilih berangkat lebih awal, yakni pada Kamis (5/6), untuk menikmati liburan lebih panjang sejak hari pertama.
“Libur resmi kan Jumat sampai Senin. Banyak masyarakat berangkat sejak Kamis untuk memanfaatkan empat hari penuh,” ujarnya.
Meski beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia, Batik Air, Super Air Jet, dan Citilink masih melayani rute reguler, terutama ke Jakarta, permintaan tiket belum mengalami lonjakan signifikan.
Pihak bandara pun telah menyiapkan skenario antisipatif, mulai dari penambahan counter check-in hingga koordinasi penambahan frekuensi penerbangan dengan maskapai, namun hingga saat ini belum diperlukan.
“Kalau nanti terjadi kenaikan di hari Senin, kita akan respons cepat. Tapi untuk saat ini belum ada tren signifikan,” lanjut Ardon.
Untuk mendukung kenyamanan pengguna jasa bandara, pengelola juga membuka area parkir premium di zona drop-off, guna menghindari kepadatan kendaraan antar-jemput yang biasanya meningkat saat musim liburan.
Pantauan di lapangan pada Sabtu (7/6) pagi menunjukkan kondisi bandara yang cukup lengang. Ruang tunggu keberangkatan tampak tak padat, dan proses check-in berjalan cepat tanpa antrean panjang.
Fenomena ini mengundang tanda tanya: apakah penurunan ini karena turunnya minat masyarakat bepergian lewat udara, atau justru akibat harga tiket yang tidak kompetitif, atau minimnya aktivasi wisata oleh daerah tujuan dari Jambi?
Jika libur panjang tidak lagi menjamin lonjakan penumpang, maka bandara, maskapai, dan dinas pariwisata perlu duduk bersama, membaca ulang pola mobilitas warga, dan mencari pendekatan baru dalam memicu pergerakan ekonomi di sektor udara.(*)
Add new comment