KUALA TUNGKAL – Angin segar kembali berhembus dari sektor komoditas unggulan Tanjung Jabung Barat. Dalam dua bulan terakhir, harga pinang kering (klotok) menunjukkan tren kenaikan stabil, bahkan menyentuh angka tertinggi Rp27.000/kg per Sabtu (17/5/2025). Kenaikan ini menjadi momen yang dinanti para petani dan eksportir setelah periode stagnasi harga sejak awal tahun.
Menurut Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperindag Tanjab Barat, Marhalim, lonjakan harga paling signifikan terjadi pada jenis pinang klotok 95++, yang dalam tiga hari terakhir konsisten berada pada kisaran Rp23.500–Rp27.000 per kilogram.
“Ini harga tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Para petani di Tungkal Ulu, Betara hingga Merlung cukup diuntungkan,” ujarnya.
Jenis-Jenis Pinang dan Kisaran Harga Saat Ini
| Jenis Pinang | Ukuran/Kualitas | Harga per Kg |
|---|---|---|
| Klotok 95++ | Premium ekspor | Rp23.500–Rp27.000 |
| Klotok 70/75 | Ekspor menengah | Rp21.000–Rp23.000 |
| Klotok 60/65 | Kelas menengah | Rp20.000–Rp22.000 |
| Kalasan 60/65 | Lokal bawah/ekonomi | Rp16.500–Rp18.000 |
| Alasan 70/75 | Lokal bawah/ekonomi | Rp17.000–Rp19.000 |
Kenaikan harga ini didorong permintaan yang cukup tinggi dari pasar ekspor, terutama negara-negara seperti India, Pakistan, dan Bangladesh yang mengimpor pinang dalam bentuk kering iris. Tren ini memperlihatkan bahwa petani di Tanjabbar mulai merasakan hasil dari komoditas yang dulu kerap disepelekan.
Namun, pihak Dinas Koperindag tetap mengingatkan agar para petani tidak terlena. Harga pinang sangat tergantung pada dinamika permintaan luar negeri dan kestabilan mata uang.
“Kalau panen raya serentak dan ekspor tersendat, harga bisa jatuh dalam seminggu,” tambah Marhalim.
Pengamat pertanian di Jambi menyarankan agar momentum ini dijadikan landasan membentuk koperasi ekspor pinang, sekaligus memperkuat sistem gudang tunda jual (warehouse receipt) untuk menghindari jebakan tengkulak dan jatuhnya harga saat panen raya.
“Selama ini petani terlalu tergantung pada tengkulak. Jika ada intervensi melalui sistem tunda jual dan pembentukan sentra pengepakan ekspor di Kuala Tungkal, posisi tawar petani jauh lebih kuat,” kata seorang analis sektor agribisnis lokal.(*)
Add new comment