JAMBI – Awan gelap kembali menggantung di atas ladang sawit rakyat. Dalam sepekan terakhir, harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Provinsi Jambi anjlok sebesar Rp586 per kilogram, menekan harga jual dari Rp13.951 menjadi Rp13.364/kg. Bagi para petani, ini bukan sekadar angka—ini adalah pukulan nyata bagi keberlangsungan hidup mereka.
Yulian Raya Sangon, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PSPHP) Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, mengonfirmasi penurunan tajam tersebut pada Kamis, 8 Mei 2025.
“Harga sawit kita saat ini ikut terguncang oleh turunnya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar global. Ini dampak domino dari tekanan pasar minyak nabati dunia, termasuk ketegangan dagang internasional dan fluktuasi harga minyak kedelai,” jelasnya.
Penurunan harga TBS ini menunjukkan bagaimana pasar internasional langsung berdampak pada dapur rakyat kecil. Melemahnya harga minyak nabati global, ditambah ketidakpastian pasar akibat perang dagang dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan, membuat posisi sawit sebagai komoditas ekspor menjadi rentan.
Lebih jauh, Yulian menekankan bahwa harga resmi ini hanya berlaku bagi petani yang telah bermitra dengan perusahaan. Bagi petani non-binaan atau swadaya, harga TBS yang mereka terima bisa jauh di bawah angka tersebut.
📉 Daftar Harga TBS Terbaru di Jambi (Periode 9–15 Mei 2025):
Usia Tanaman | Harga/Kg |
---|---|
3 tahun | Rp2.667,87 |
4 tahun | Rp2.867,94 |
5 tahun | Rp2.998,38 |
6 tahun | Rp3.122,51 |
7 tahun | Rp3.201,06 |
8 tahun | Rp3.270,87 |
9 tahun | Rp3.334,16 |
10–20 tahun | Rp3.442,16 |
21–24 tahun | Rp3.342,24 |
>25 tahun | Rp3.195,97 |
Bersamaan dengan harga yang merosot, petani juga dihadapkan pada kenaikan biaya pupuk, logistik, serta ongkos panen yang terus membubung sejak awal tahun. Kondisi ini menekan margin keuntungan dan membuat petani rentan terhadap krisis keberlanjutan usaha kebun rakyat.
“Kami harap pemerintah daerah tidak diam. Ini saatnya langkah antisipatif disusun, mulai dari stabilisasi harga, skema perlindungan harga dasar, hingga intervensi subsidi input produksi,” ujar seorang petani sawit di Tanjung Jabung Barat yang tak ingin disebutkan namanya.
Langkah seperti program resilience harga, penyerapan TBS lokal oleh BUMD, hingga perlindungan asuransi kebun rakyat, disebut menjadi strategi yang harus segera dirumuskan agar ketahanan ekonomi petani sawit tidak ambruk.(*)
Add new comment